KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, Morgan Stanley menilai pemerintah perlu melanjutkan reformasi struktural. Dalam laporannya yang dikutip Kamis (18/4), Tim Ekonom Morgan Stanley Asia Ltd. menyebut kebijakan tersebut sebagai reformasi struktural 2.0. Reformasi struktural 2.0 perlu dilakukan untuk melanjutkan reformasi pada periode pemerintahan sebelumnya oleh Presiden Joko Widodo. Ekonom Morgan Stanley Asia Ltd Deyi Tan menyebut ada beberapa langkah dalam reformasi struktural 2.0 yang perlu pemerintah lakukan.
Pertama, meningkatkan produktivitas dan daya saing di sektor non-komoditas. Tujuannya, mendiversifikasi mesin pertumbuhan ekonomi dan mengantisipasi harga komoditas yang melemah. "Daya saing yang lebih tinggi di sektor non-komoditas dapat meningkatkan potensi pertumbuhan. Pada saat yang sama, ini dapat meningkatkan kapasitas ekspor dan mengurangi kebutuhan impor," terang dia. Kedua, Morgan Stanley mengimbau agar pemerintah juga memastikan pendanaan benar-benar diarahkan pada sektor produktif seperti infrastruktur dan pendidikan. Ini juga dinilai sebagai upaya melepaskan ketergantungan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada komoditas sumber daya alam. Ketiga, pemerintah disarankan untuk mengevaluasi kebijakan yang daya saing tenaga kerja Indonesia. Hal ini agar pertumbuhan upah konsisten dengan peningkatan produktivitas, serta membantu perusahaan menjaga labanya.