KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Indonesia diprediksi bangkit tahun depan. Morgan Stanley dalam riset terbarunya memperkirakan, ekonomi Indonesia di tahun 2022 akan tumbuh 5,5%. Sementara tahun ini diperkirakan tumbuh 3,6%. Morgan Stanley menyebut tiga faktor yang membuat ekonomi Indonesia akan
bullish tahun depan.
Pertama, menguatnya kembali permintaan domestik. Ini seiring tingkat kenaikan vaksinasi Covid-19. Menurut Morgan Stanley, dengan kenaikan tingkat vaksinasi sekarang akan membantu membuka momentum di sisi permintaan domestik.
Kedua, kenaikan inflasi namun kenaikan harga komoditas memberikan lindung nilai pada pasokan. Morgan Stanley mencatat surplus perdagangan komoditas Indonesia mencapai 6,3% dari PDB per Agustus 2021. Dengan kata lain, setiap kenaikan 10% harga komoditas secara keseluruhan meningkatkan saldo transaksi berjalan sebesar 0,6% dari PDB. Surplus perdagangan yang lebih signifikan terlihat pada segmen-segmen seperti minyak sawit mentah, batubara dan bijih/logam.
Baca Juga: Kemenko Perekonomian yakin ekonomi kuartal IV-2021 di atas 6%, ini pendukungnya Morgan Stanley menganggap kenaikan surplus perdagangan komoditas ini sebagai penyediaan tabungan atau likuiditas untuk peningkatan permintaan domestik. "Selain itu, kenaikan harga komoditas membantu menambah sumber daya fiskal, mengurangi tekanan pendanaan," tulis Morgan Stanley dalam riset yang dipublikasikan 8 November 2021 lalu. Sampai saat itu, Morgan Stanley mencatat, penerimaan pajak pemerintah dari minyak dan gas telah meningkat 46% dan penerimaan negara bukan pajak dari sumber daya alam naik 33% yoy per September 2021.
Ketiga, Indonesia memiliki pertumbuhan struktural yang kuat di Asia. Menurut Morgan Stanley, ketegangan geopolitik yang berkepanjangan dan situasi Covid-19 kemungkinan telah mempercepat laju deglobalisasi dan meningkatkan pentingnya diversifikasi risiko bisnis/manufaktur. Dalam konteks ini, Morgan Stanley yakin, Indonesia dapat memanfaatkan relokasi
foreign direct investement (FDI) untuk lebih meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi, memanfaatkan arbitrase berrbiaya rendah, angkatan kerja muda dan pasar permintaan domestik yang besar. Tambah lagi, Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan ini, misalnya, melalui Omnibus Law Cipta Kerja dan peraturan pelaksana yang mendukungnya. Omnibus Law Cipta Kerja secara signifikan meliberalisasi jumlah segmen usaha yang terbuka untuk investasi asing.
Termasuk langkah-langkah untuk meningkatkan kemudahan berusaha dengan menyederhanakan prosedur perizinan, merampingkan persyaratan pasar tenaga kerja yang sebelumnya yang kaku, memberlakukan insentif pajak untuk kawasan ekonomi khusus dan membentuk Otoritas Investasi Indonesia. Pada saat yang sama, pembuat kebijakan terus memanfaatkan pengembangan industri generasi baru, seperti baterai listrik (EV) dan memanfaatkan beberapa keuntungan sumber daya alam yang dimilikinya untuk tujuan itu yakni bijih nikel. "Di Asia dalam jangka menengah, kami percaya Indonesia akan menjadi salah satu penerima manfaat utama diversifikasi FDI dari China," tulis Morgan Stanley.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat