Morgan Stanley sebut pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan bisa capai 6,5%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga riset Morgan Stanley menyusun dua skenario terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022.  Ekonom Morgan Stanley Asia Limited Deyi Tan mengatakan, dua skenario tersebut adalah skenario optimistis (bull) dan skenario pesimistis (bear). 

“Di luar itu, masih ada hal yang perlu diperhatikan terkait dengan situasi Covid-19, varian virus, dan juga kecepatan vaksinasi. Ini sangat penting untuk memonitor kondisi bull dan bear tersebut,” ujar Deyi dalam laporan yang diterima Kontan.co.id, Rabu (10/11). 

Deyi kemudian memerinci, dalam skenario bear, lembaga tersebut memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan tumbuh di angka 4,3% yoy. Ada beberapa risiko yang membentuk risiko bear ini, salah satunya terkait kondisi di China dan Amerika Serikat (AS). 


Adanya kesalahan dalam mengambil langkah kebijakan menyebabkan pertumbuhan ekonomi China terhambat. Nah, ini bisa memengaruhi perekonomian Indonesia dari sisi hubungan perdagangan. 

Baca Juga: Terima calon tunggal Deputi Gubernur BI, DPR gelar fit and proper test akhir November

Dari negara Paman Sam, kondisi inflasi negara tersebut meningkat lebih cepat dari yang diperkirakan sehingga ini mendorong pengurangan program pembelian obligasi (tapering off) dari bank sentral AS. 

Jika alur pengetatan kebijakan ini dalam taraf disruptif, maka bisa mengganggu kondisi Indonesia mengingat ketergantungannya pada sektor eksternal. 

Lalu, dalam kondisi bull, Morgan Stanley memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2022 berada di kisaran 6,5% yoy. Untuk bisa menjemput asa tersebut yang dibutuhkan adalah reformasi struktural.

Implementasi yang efektif serta reformasi yang makin cepat, terutama menjelang Pemilu 2024 akan membantu mengangkat potensi pertumbuhan Indonesia lebih jauh. 

Baca Juga: Target PPh 2022 turun, Pengamat Pajak: Kompensasi dampak pandemi di 2020-2021

Selain itu, reformasi struktural juga bisa membantu Indonesia dalam meningkatkan investasi yang masuk. Apalagi, investasi merupakan salah satu hal penting bagi perkembangan ekonomi negara berkembang. 

Karena perekonomian Indonesia juga ditopang oleh kinerja ekspor, dalam hal ini diversifikasi dari komoditas ke non komoditas juga perlu ditingkatkan. Namun, di tahun depan Deyi masih melihat Indonesia masih bisa memetik buah manis dari peningkatan harga komoditas lebih lanjut. 

Selanjutnya: Tak seperti taper tantrum 2013, Indonesia dinilai lebih siap hadapi tapering off

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi