KONTAN.CO.ID - ST PETERSBURG. Tensi antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) mencapai titik tertinggi baru setelah Rusia menuduh bahwa senjata roket yang dipasok oleh AS telah digunakan Ukraina untuk menyerang wilayah selatan Rusia, mengakibatkan kematian perempuan dan anak-anak. Dalam sebuah pernyataan yang mengejutkan, Moskow menyalahkan Washington atas tragedi ini, menegaskan ketegangan yang sudah tegang antara kedua negara. Pertama kalinya dalam sejarahnya, Rusia secara terbuka menuduh AS atas kematian warga sipil di wilayahnya sendiri.
Baca Juga: Rusia dan China Kompak Salahkan AS atas Kekacauan di Timur Tengah Tuduhan ini muncul setelah peringatan keras dari Presiden Vladimir Putin, yang menegaskan bahwa Barat sedang mempertaruhkan konflik global dengan membiarkan Ukraina menggunakan senjata yang dipasok oleh negara-negara Barat. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengungkapkan bahwa serangan itu terjadi pekan lalu di wilayah Belgorod, tak lama setelah AS memberi izin kepada Ukraina untuk menggunakan senjata yang dipasok oleh AS untuk mempertahankan wilayah Kharkiv, yang berdekatan dengan Belgorod. Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, mengonfirmasi bahwa Presiden Joe Biden telah menyetujui langkah ini, namun AS tetap melarang Ukraina menggunakan senjata AS lebih jauh ke Rusia. Baca Juga: Jangan Salah Kaprah! Ini Tanda Perempuan yang Ingin Bercinta, Bisa Jadi Lebih Ramah Zakharova menegaskan bahwa pernyataan AS yang memberi lampu hijau untuk serangan semacam itu setara dengan pengakuan atas pembunuhan anak-anak dan perempuan di wilayah Belgorod. Namun, Reuters tidak dapat memverifikasi pernyataan tersebut secara independen, dan belum ada tanggapan langsung dari Ukraina atau AS. Meskipun Zakharova tidak menampilkan bukti fisik dari pecahan roket, dia menekankan bahwa pecahan HIMARS (roket) akan menjadi bukti langsung dari serangan tersebut.