MPPA menjual lagi aset non-inti Rp 3,2 triliun



JAKARTA. Grup Lippo kembali melakukan konsolidasi bisnis anak usaha di sektor ritel. PT Matahari Putra Prima Tbk akan melepas aset dan bisnis non inti senilai total Rp 3,2 triliun. Aset dan bisnis non inti itu akan dialihkan ke PT Multipolar Tbk (MLPL), yang merupakan induk usaha Matahari Putra Prima.

Direktur Matahari Putra Prima, Danny Kojongian menjelaskan, setelah pelepasan aset dan bisnis non inti, Matahari akan fokus ke bisnis inti di bidang fast moving consumer goods (FMCG), yang mengusung merek dagang Hypermart dan Foodmart.

Emiten berkode saham MPPA itu berniat melaksanakan transaksi setelah libur Lebaran. "Tapi kami juga harus menunggu persetujuan pemegang saham minoritas dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan," ujar Danny, pekan lalu.


Dia mengemukakan, total aset dan bisnis non-inti yang akan dilepas Matahari, cuma sekitar 5% dari total nilai aset MPPA. Per akhir kuartal I-2012, jumlah aset MPPA mencapai sekitar Rp 10,24 triliun, atau menurun tipis dibandingkan akhir Desember 2011 yang senilai Rp 10,38 triliun.

Aset dan bisnis non inti yang akan dilepas adalah kepemilikan dan pengelolaan properti serta investasi MPPA dalam PT Matahari Department Store Tbk secara tidak langsung sekitar 20%, PT Matahari Graha Fantasi, pengelola bisnis hiburan Timezone sekitar 50,01%. Kemudian, PT Matahari Leisure, yang merupakan produsen mesin permainan sebanyak 50%, PT Bintang Sidoraya yang merupakan distributor makanan dan minuman ringan sebanyak 24,26%. Selanjutnya PT Gratia Prima Indonesia atau bisnis toko buku Times Bookstore sebanyak 100% serta PT Prima Cipta Lestari atau bisnis restoran sebanyak 100%.

Menurut Danny, postur MPPA akan lebih ramping setelah penjualan aset dan bisnis non inti. Selain itu, kinerja berpotensi meningkat karena perseroan lebih fokus di bisnisnya.

Multipolar akan menggelar transaksi tersebut dalam satu langkah sekaligus. Dengan demikian, pembayaran akan dilakukan dalam waktu yang sama. Sekitar 60% dari total transaksi akan dibayarkan pada tanggal penandatanganan akta pemindahan hak atas saham dan akta cessie dalam bentuk tunai dan ditransfer ke rekening MPPA.

Kemudian sisanya yang sekitar 40% akan dibayar dalam bentuk promissory notes yang diterbitkan Multipolar dan diserahkan kepada MPPA. Promissory notes tersebut berbunga 10% per tahun dari jumlah pokok dan bertenor enam bulan dengan ketentuan pembayaran dapat dipercepat.MPPA akan ekspansi gerai toko demi meningkatkan penjualan hingga akhir tahun ini. Matahari menargetkan membuka 17 gerai baru pada 2012.

Hingga semester I-2012, MPPA telah membuka tujuh gerai baru dan sisanya akan direalisasikan di paruh kedua tahun ini. "Hingga akhir semester I-2012, total gerai sudah mencapai 72 gerai. Satu gerai membutuhkan investasi Rp 40 miliar," ujar dia.

Manuver Grup Lippo di bisnis ritel juga sempat mencuat pada medio 2010. Kala itu, MPPA melego kepemilikannya di PT Matahari Department Store Tbk senilai Rp 7,16 triliun.

Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe menduga prospek MPPA yang ingin fokus pada bisnis FMCG kurang menarik. Pasalnya, persaingan ketat di bisnis tersebut akan menjadi salah satu penghambat bagi pertumbuhan kinerja perusahaan. "Seharusnya bisnis non inti juga dikembangkan untuk mendukung bisnis intinya. Saya ragu kalau hanya mengandalkan Hypermart," ungkap dia.

Kiswoyo memperkirakan pelaku pasar akan merespons negatif atas pelepasan aset dan bisnis non inti perusahaan. Harga saham perusahaan juga diperkirakan tidak akan jauh bergerak dari kisaran Rp 1.250 per saham hingga akhir tahun ini. Nilai itu sama dengan posisi per 16 Agustus 2012."Pasar akan semakin merespons negatif apabila ternyata manajemen MPPA tidak bisa mengoptimalkan Hypermart seperti yang dijanjikan," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro