MPPA tak lantas menjadi seksi karena isu divestasi



JAKARTA. PT Multipolar Tbk (MLPL) dan Temasek Holdings Pte Ltd berencana menjual saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Divestasi dari pemilik saham mayoritas itu masih dalam perdebatan.

Beberapa analis masih menunggu kejelasan dari rencana ini. Analis Samuel Sekuritas Marlene Tanumihardja bilang, rencana divestasi ini dapat menguntungkan jika terlaksana. Kabarnya, nilai MPPA mencapai US$ 1 miliar atau setara Rp 13,3 triliun, dengan asumsi kurs Rp 13.345. "Jadi nilai saham akan meningkat," ungkap Marlene dalam riset, Senin (6/2).

Menurut perhitungan Marlene, fair value saham MPPA akan berada di Rp 2.445 per saham. Ini memberikan potensi kenaikan harga 85,93% dari harga penutupan kemarin di angka Rp 1.315 per saham.


Analis BCA Sekuritas Johanes Prasetia mengatakan, isu MLPL menjual kepemilikan MPPA memang masih simpang siur. Tapi investor yang baru pastinya ingin menangkap peluang untuk menjadi mayoritas dalam kepemilikan MPPA. "Sehingga kemungkinan dapat terjadi tender offer," kata Johanes dalam riset.

Dari kalkulasi Johanes, saham MPPA akan berada pada kisaran Rp 2.472 per saham. "Dalam pandangan kami nilai ini terlalu tinggi untuk saham MPPA," ungkap dia.

Apalagi, prospek kinerja perusahaan ini kurang oke. Johanes memprediksi, laba bersih MPPA di 2016 akan turun 76,7%, didorong rerata pertumbuhan per toko alias same store sales growth (SSSG) yang turun 4,5%.

Persaingan bisnis ritel juga semakin ketat dengan banyaknya minimarket. Johanes menyarankan investor memperdagangkan secara hati-hati saham MPPA. Dia merekomendasikan sell MPPA dengan target harga Rp 1.125.

Sementara Marlene melihat keseriusan manajemen MPPA meningkatkan performa bisnis dengan remodel 40 gerai dan remerchandise 50 toko untuk periode 2016-2020. MPPA juga fokus dalam pembangunan bussines intelegence system, investasi pada training and development, efisiensi pada biaya operasional serta ekspansi jaringan logistik. Sehingga dia merekomendasikan buy saham MPPA dengan target harga Rp 2.445.

Analis NH Korindo Arnold Sampeliling mengatakan, fundamental MPPA memang dalam posisi sulit. Ekspansinya terlambat dibandingkan kompetitor sehingga kini pasar Hypermart semakin tergerus. "Bisnisnya belum bagus, ekspansi kurang cepat dibanding Transmart yang baru mendapatkan injeksi dana dari Singapura," kata Arnold kepada KONTAN, Kamis (9/2).

Hypermart berkontribusi 75,2% pada pendapatan MPPA. Jadi, Arnold bilang, dengan potensi pertumbuhan yang makin tipis, wajar pemegang saham ingin mendivestasi saham.

Tapi dia melihat satu katalis positif MPPA tahun ini adalah dari pengelolaan stok perusahaan. Kemungkinan tahun ini MPPA bisa memotong hari penyimpanan menjadi 86 hari dibandingkan tahun lalu yang mencapai 94 hari. Sehingga akan mengurangi pembelian barang serta diskon produk karena tidak laku.

Walaupun isu divestasi sempat meningkatkan harga saham MPPA cukup signifikan, Arnold masih merekomendasikan hold saham MPPA dengan target Rp 1.475 per saham. Isu divestasi belum menjadi basis solid untuk menentukan harga, serta belum ada keputusan dan fundamental MPPA sedang sulit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie