Mriya, Pesawat Terbesar di Dunia Milik Ukraina yang Rusia Hancurkan saat Invasi



KONTAN.CO.ID - KYIV. Pesawat terbesar di dunia, pesawat kargo Antonov-225 milik Ukraina, dihancurkan oleh serangan Rusia di luar Kyiv pada hari keempat invasi Moskow, Grup Ukroboronprom milik Pemerintah Ukraina, mengatakan pada Minggu (27/2).

"Penjajah Rusia menghancurkan flagship Ukraina, AN-225" di Bandara Antonov di Gostomel dekat Kyiv, menurut Ukroboronprom dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Channel News Asia.

Pesawat itu yang terbesar di dunia, dengan panjang 84 meter, bisa mengangkut hingga 250 ton kargo dengan kecepatan hingga 850 kilometer per jam. Mriya yang berarti mimpi dalam bahasa Ukraina menjadi nama burung besi tersebut.


"Ini adalah pesawat terbesar di dunia, AN-225 Mriya," cuit Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada Minggu (27/2), seperti dikutip Channel News Asia.

Baca Juga: Jelang Pembicaraan, Pasukan Rusia Kurangi Intensitas Serangan atas Ukraina

"Rusia mungkin telah menghancurkan Mriya kita. Tapi, mereka tidak akan pernah bisa menghancurkan impian kita tentang negara Eropa yang kuat, bebas, dan demokratis. Kita akan menang!" tambahnya.

Bandara Gostomel menjadi lokasi pertempuran sengit sejak invasi Rusia dimulai.

Produsen senjata Ukroboronprom memperkirakan, perbaikan Mriya akan menelan biaya lebih dari US$ 3 miliar dan bisa memakan waktu lebih dari lima tahun.

Baca Juga: 2 Miliarder Rusia Ini Serukan Serangan Putin ke Ukraina Segera Berakhir

"Misi kami adalah untuk memastikan bahwa biaya ini ditanggung oleh Rusia, yang dengan sengaja menimbulkan kerusakan pada penerbangan Ukraina," sebut Ukroboronprom.

Awalnya dibangun sebagai bagian dari program aeronautika Uni Soviet, An-225 melakukan penerbangan pertama pada 1988.

Setelah bertahun-tahun tidak terbang setelah keruntuhan Uni Soviet, satu-satunya An-225 yang ada melakukan uji terbang pada 2001 di Gostomel, sekitar 20 kilometer dari Kyiv.

Antonov Airlines Ukraina mengopersikan An-225 untuk penerbangan kargo dan sangat diminati selama awal pandemi Covid-19.

Editor: S.S. Kurniawan