MTEL Targetkan Teknologi Flying Tower System Mulai Komersialisasi di 2026



KONTAN.CO.ID - LABUAN BAJO. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk alias Mitratel (MTEL) menargetkan riset dan pengembangan teknologi Flying Tower System (FTS) rampung di 2025. Dengan demikian komersialisasi dapat dimulai pada 2026.

Direktur Utama MTEL Theodorus Ardi Hartoko mengatakan bahwa perseroan senantiasa memberikan pelayanan terbaik. Dus, pengembangan terus dilakukan.

Teranyar, MTEL resmi menjalin kerja sama dengan anak perusahaan Airbus, yakni AALTO HAPS Ltd. Keduanya telah menandatangani nota kesepahaman untuk menjajaki penyediaan solusi High Altitude Platform Station (HAPS) komersial di Indonesia, sekaligus menandakan dimulainya pengembangan teknologi Flying Tower System (FTS).


Baca Juga: Mengenal BTS Terbang dan Perizinannya, Hasil Kongsi MTEL dan Anak Usaha Airbus

"Kami merintis berbagai inisiatif dan mengadopsi teknologi baru yang memungkinkan Mitratel untuk memperluas jaringannya secara efektif," ujar pria yang kerap disata Teddy saat Media Gathering di Labuan Bajo, Senin (5/8).

Sebagai informasi, HAPS merupakan sebuah terobosan baru teknologi telekomunikasi yang menyediakan sistem layanan komunikasi dan pengawasan yang beroperasi di ketinggian stratosfer (sekitar 20 km di atas permukaan bumi).

Di sisi lain, ia juga menegaskan bahwa FTS tidak akan menggantikan jaringan terestrial yang telah dibangun. "Teknologi ini sebagai pelengkap, apalagi mengingat geografis Indonesia yang mayoritas laut," jelasnya.

Baca Juga: Mitratel (MTEL) Gandeng Anak Usaha Airbus

Direktur Investasi MTEL Hendra Purnama melanjutkan, saat ini progresnya masih dalam tahapan riset dan pengembangan. Namun, pihaknya memiliki target bahwa komersialisasi FTS dimulai pada 2026 mendatang.

"Teknologi ini masih dalam bentuk research and development, dan kita targetkan di 2025 sudah bisa selesai dan commercial ready di 2026," ungkapnya.

Hendra menuturkan, nantinya FTS ini akan memiliki cakupan radius mencapai 100 km dan ditargetkan akan melayang hingga 6 bulan lamanya. Nah, sejauh ini riset yang telah dilakukan perseroan cakupan radius disebut telah mencapai 75 km dan waktu melayang selama 64 hari.

Dengan progres tersebut, pihaknya cukup percaya diri target di 2026 akan tercapai.

Di sisi lain, MTEL belum membeberkan terkait anggaran investasi teknologi tersebut. "Investasi masih terlalu dini, yang jelas kami melihat ada kesempatan untuk melengkapoi infrastruktur yang ada, dan ini sesuai dengan geogarfis Indonesia yang mayoritas laut," imbuh Teddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto