BANDUNG. Bank Muamalat Indonesia merogoh kocek sebesar Rp 7,2 miliar untuk melebarkan sayap bisnis di Jawa Barat (Jabar). Belanja modal tersebut mengalir untuk menambah satu kantor cabang dan 11 kantor cabang pembantu di sepanjang tahun ini. Febriyandi Benny Putera, Manajer Area Bank Muamalat Jabar menuturkan, penambahan jaringan melengkapi sekitar 33 kantor yang sudah ada. Antara lain tersebar di Sukabumi, Tasikmalaya, Cianjur, Cirebon, Garut, Purwakarta, Majalengka, hingga Indramayu. "Investasi satu kantor cabang baru mencapai Rp 1,7 miliar dan untuk 11 kantor cabang pembantu masing-masing Rp 500 juta," ujarnya, ketika ditemui saat peresmian Kantor Cabang Dago, Senin (9/4). Bank syariah paling senior ini menambah jaringan demi menggenjot pertumbuhan, baik dari sisi pinjaman maupun pengumpulan dana pihak ketiga (DPK). Manajemen menargetkan, lini pembiayaan naik 70%, dari Rp 1,1 triliun pada akhir 2011 menjadi Rp 1,9 triliun hingga akhir 2012. Sementara, target DPK meningkat 37% menjadi Rp 2,5 triliun. "Untuk mengimbangi target agresif ini, kami menggencarkan ekspansi jaringan," imbuh Febriyandi.
Muamalat rogoh Rp 7,2 miliar untuk ekspansi
BANDUNG. Bank Muamalat Indonesia merogoh kocek sebesar Rp 7,2 miliar untuk melebarkan sayap bisnis di Jawa Barat (Jabar). Belanja modal tersebut mengalir untuk menambah satu kantor cabang dan 11 kantor cabang pembantu di sepanjang tahun ini. Febriyandi Benny Putera, Manajer Area Bank Muamalat Jabar menuturkan, penambahan jaringan melengkapi sekitar 33 kantor yang sudah ada. Antara lain tersebar di Sukabumi, Tasikmalaya, Cianjur, Cirebon, Garut, Purwakarta, Majalengka, hingga Indramayu. "Investasi satu kantor cabang baru mencapai Rp 1,7 miliar dan untuk 11 kantor cabang pembantu masing-masing Rp 500 juta," ujarnya, ketika ditemui saat peresmian Kantor Cabang Dago, Senin (9/4). Bank syariah paling senior ini menambah jaringan demi menggenjot pertumbuhan, baik dari sisi pinjaman maupun pengumpulan dana pihak ketiga (DPK). Manajemen menargetkan, lini pembiayaan naik 70%, dari Rp 1,1 triliun pada akhir 2011 menjadi Rp 1,9 triliun hingga akhir 2012. Sementara, target DPK meningkat 37% menjadi Rp 2,5 triliun. "Untuk mengimbangi target agresif ini, kami menggencarkan ekspansi jaringan," imbuh Febriyandi.