Mudik dilarang, Gapmmi prediksi penjualan makanan minuman tumbuh 10% saat Ramadan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Secara umum, industri makanan dan minuman di Indonesia masih harus menghadapi tantangan di tengah masa pandemi Covid-19. Keberadaan momentum bulan Ramadan yang dilanjutkan dengan Lebaran Idulfitri semestinya bisa menjadi penopang penjualan makanan dan minuman.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi Lukman meyakini, pertumbuhan penjualan makanan dan minuman di periode Ramadan dan Lebaran Idulfitri tahun ini belum bisa mencapai level yang optimal seperti ketika tidak ada pandemi Covid-19 di Indonesia.

Hal tersebut cukup dipengaruhi oleh larangan mudik ke kampung halaman oleh pemerintah yang diumumkan belum lama ini, sehingga berpotensi mengurangi permintaan produk makanan-minuman saat menyambut hari raya Lebaran.


Padahal, Gapmmi sempat memperkirakan bahwa Ramadan kali ini dapat mendongkrak penjualan industri makanan-minuman jauh lebih baik ketimbang periode yang sama di tahun lalu. Kala itu, penjualan di sektor tersebut memang anjlok tatkala kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara ketat diberlakukan.

Baca Juga: Gapmmi harap industri makanan dan minuman membaik di Ramadan 2021

Lantas, Gapmmi memproyeksikan, pertumbuhan rata-rata penjualan makanan-minuman saat Ramadan tahun ini hanya sekitar 10% bila dibandingkan bulan sebelumnya. Angka tersebut masih di bawah rata-rata penjualan makanan-minuman saat Ramadan di tahun-tahun tanpa pandemi.

“Awal tahun sebenarnya sudah ada indikasi positif karena permintaan produk meningkat, bahkan di Januari lalu sudah banyak pelanggan yang minta dikirimkan stok. Namun, mulai Maret kemarin permintaan sedikit datar akibat antisipasi larangan mudik,” ungkap Adhi, Selasa (13/4).

Adhi juga memperkirakan, produk makanan dan minuman yang dapat menjadi hidangan berbuka puasa bakal diburu oleh banyak masyarakat. Sedangkan makanan atau minuman manis diprediksi mengalami peningkatan permintaan saat momen Lebaran nanti.

Dengan kondisi seperti ini, strategi efisiensi tetap harus dijalankan oleh tiap perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman supaya bisa bertahan. Namun, tidak menutup kemungkinan produk-produk makanan dan minuman baru tetap menghiasi pasar saat periode Ramadan.

“Efisiensi terus dilakukan agar bisa bertahan, ditambah juga kreativitas dalam pemasaran produk,” pungkas dia.

Selanjutnya: Penerapan PPKM Mikro yang diperluas, tahan kinerja penjualan eceran di kuartal I-2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi