KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup keuangan Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group Inc (MUFG), dikabarkan tertarik menjajaki akuisisi saham PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN). Kabar rencana MUFG untuk mengakuisisi Bank Panin ini dilaporkan
Bloomberg pada Rabu (13/7). Sumber yang mengetahui hal itu mengatakan, ketertarikan MUFG sejalan dengan upayanya memperkuat posisi di Indonesia. MUFG disebutkan sedang bekerjasama dengan penasihat keuangan di saat menjajaki kesepakatan akuisisi itu.
Rencana selanjutnya, MUFG, kabarnya berencana menggabungkan Panin Bank dengan bisnis perbankannya yang sudah ada di Indonesia saat ini yakni PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) sebagai bagian dari kesepakatan.
Baca Juga: ANZ Bank Kembali Dikabarkan Bakal Melego Kepemilikan Saham di Bank Panin (PNBN) Ketertarikan MUFG mengakuisisi Bank Panin muncul karena keluarga Gunawan, yang menguasai sekitar 46% saham bank tersebut, turut membuka diri seiring kerja sama dengan penasihat keuangan untuk mengeksplorasi opsi kepemilikannya. Pemegang saham terbesar Bank Panin telah menerima minat awal dari pembeli, termasuk pemberi pinjaman regional lainnya yang ingin berekspansi di Asia Tenggara serta investor lokal. Namun, sumber Bloomberg itu mengatakan, bahwa ketertarikan itu masih sangat awal dan rencana transaksi tersebut bisa saja dibatalkan. Sebelumnya, Australia and New Zealand (ANZ) Banking Group Ltd dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menjual kepemilikan sahamnya di PT Bank Pan Indonesia (PNBN). ANZ memiliki 38,82% saham Bank Panin. Kepemilikan ANZ di Bank Panin melalui cucu perusahaan yakni Votraint No 1103 Pty Ltd.
Baca Juga: Kabar Rencana Penjualan Saham PNBN oleh Pemegang Saham, ini Jawaban Manajemen dan OJK Selain ANZ, sebanyak 46,04% saham lainnya dikempit oleh PT Panin Financial Tbk dan sisanya dimiliki oleh publik. Kebangkitan penjualan Bank Panin akan menandai setidaknya upaya ketiga ANZ dalam satu dekade terakhir. Mulai dari pembicaraan untuk menjual saham PNBN ke Mizuho Financial Group Inc pada tahun 2013 ketika ada peraturan baru yang membuat potensi akuisisi tersebut jadi lebih mahal sehingga menahan investasi dari luar negeri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi