Muhamad Lukman, mendesain batik dengan JBatik



Software JBatik ditemukan Muhamad Lukman ketika sedang mendesain gambar bangunan. Untuk mengembangkan software pola batik itu, ia membutuhkan waktu hingga tiga tahun. Barulah pada 2009, Lukman mengomersialkan program software buatannya tersebut, yang saat ini sudah laku terjual 200 unit senilai Rp 450 juta.Kini, para perajin batik di negeri ini bisa dengan mudah membuat pola batik. Kemudahan tersebut berkat keberadaan software khusus desain batik. Adalah Muhamad Lukman, sang pembuat kreasi software batik. Pria kelahiran 1978 ini mendirikan Pixel People Project yang membuat software batik fraktal bernama JBatik.Awalnya, Lukman tidak berniat membuat software khusus batik. Menurutnya, dia menemukan perangkat lunak itu tanpa sengaja. Ceritanya berawal ketika ia sedang membuat desain bangunan pada 2006 lalu. Desain yang dibikin Lukman ternyata berpola mirip dengan batik. "Teman saya yang mengatakan demikian, padahal saya sendiri tidak menyadari ," kata alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Arsitektur ini.Sejak saat itu, Lukman memutuskan mengembangkan desainnya menjadi sebuah software pembuat pelbagai pola batik. Setahun kemudian pembuatan software rampung, meskipun kala itu masih dalam bentuk beta alias belum sempurna. Software baru betul-betul sempurna dua tahun berikutnya atau 2008. "Tapi, waktu itu masih belum untuk komersial," ujarnya.Baru pada 2009, ia membuat program JBatik versi komersial. Dalam membuat versi komersial itu, Pixel People Project mendapatkan kucuran dana selama enam bulan dari SENADA-USAID. "Responsnya bagus. Sampai saat ini sudah ada sekitar 200 software yang laku terjual," ungkap Lukman. Pembelinya sebagian besar adalah pengusaha batik lokal dan desainer grafis.Lukman membagi harga jual software JBatik dalam tiga kategori. Jika pembelinya adalah pembatik tradisional ia cuma memasang harga Rp 1,5 juta. Namun, jika pembelinya adalah masyarakat umum, misalnya, desainer grafis, Lukman melegonya seharga Rp 5 juta.Beda lagi ketika pembelinya merupakan produsen batik besar, tarif yang dipasang hingga Rp 10 juta per unit. "Karena harganya lebih mahal, jadi programnya lebih lengkap atau full customize," jelas Lukman. Hingga kini, Lukman mengaku sudah mengantongi pendapatan sekitar Rp 450 juta dari hasil berjualan software batik tersebut. Selain pembeli lokal, ada juga buyer dari luar negeri, seperti China dan Malaysia. Namun, sampai saat ini, pembeli dari kedua negara itu masih dalam penjajakan.Ternyata, untuk menjalankan program JBatik ini sangat mudah. Perajin batik yang tidak mengenal teknologi pun bisa mengerti dengan mengikuti pelatihan selama tiga hari. Dalam pembuatan motif batik tradisional, caranya, pertama-tama kita harus membuat rumus fraktal. Setelah itu, kita dapat mengubah parameter dari rumus itu jadi motif batik. Atau, bisa juga dengan menggambar pola batik sederhana dulu sesuai dengan keinginan, lalu software JBatik akan membuatkan rumusnya yang kemudian diolah lebih lanjut. "Kami juga dapat memasukkan bagian-bagian kecil dari batik yang sudah ada untuk kemudian dirangkai secara acak dan bisa menjadi bentuk batik baru," tutur Lukman yang karyanya memenangi International Young Interactive Entrepreneur di Inggris akhir Oktober 2010.Setelah sukses membuat software JBatik, rencananya Lukman akan membikin aplikasi JBatik yang bisa dijalankan melalui telepon genggam. "Nanti di dalam aplikasi itu juga akan ditambahi dengan game batik yang sederhana," katanyaLukman berharap, keberadaan software miliknya dapat membantu para perajin batik dalam mendesain pola batik. Terutama untuk pembuatan motif-motif batik baru dari motif batik tradisional yang sudah ada.

Tak hanya itu, para perajin batik dapat mendokumentasikan pekerjaannya dalam bentuk gambar maupun rumus di komputer. Dengan begitu, jika kelak masih membutuhkannya, bisa dengan mudah membuatnya lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi