JAKARTA. Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nadjamuddin Ramli mengakui, salah satu anggota MUI ada yang berkunjung dan bertemu dengan Presiden Israel Reuven Rivlin. Ia adalah anggota Komisi Pemberdayaan Perempuan, Remaja, dan Keluarga MUI Istibsyaroh. "Beliau belum jadi ketua, masih anggota. Masih diusulkan jadi Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan MUI," kata Nadjamuddin, Jumat (20/1). Nadjamuddin mengatakan, keberangkatan Istibsyaroh ke Israel adalah atas nama pribadi, bukan mewakili MUI.
Berdasarkan pengakuan Istibsyaroh kepada MUI, dia diundang oleh yayasan di Israel untuk berkunjung ke sana. "Lalu dipertemukan dengan Presiden Israel," ujarnya. Nadjamuddin mengatakan, DPP MUI akan segera memanggil Istibsyaroh untuk meminta penjelasan lengkap terkait keberangkatannya ke Israel dan pertemuannya dengan Presiden Israel. Menurutnya, tidak masalah berkunjung ke Israel misalnya untuk tujuan ziarah ke Masjid Al Aqsa. Namun, apabila bertemu dengan pejabat apalagi Presiden Israel, maka hal itu bisa melukai masyarakat Palestina. Sebab, Indonesia bersama MUI selama ini mendukung penuh kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel. "Kalau itu memang kesalahan politik atau etika, MUI bisa menyiapkan sidangnya. Kami bisa berhentikan dari anggota komisi," kata Nadjamuddin. Pertemuan Istibsyaroh dan Rivlin sebelumnya disiarkan dalam laman resmi Kementerian Luar Negeri Israel, www.mfa.gov.il. Foto Istibsyaroh terpampang dan beberapa orang lainnya bersama Presiden Rivlin. Dalam siaran pers yang berjudul President Rivlin meets Muslim leaders from Indonesia, Rivlin dilaporkan menerima dengan baik delegasi dari Indonesia. Kepada Istibsyaroh dan delegasi, ia mengatakan bahwa demokrasi di Israel bukan hanya untuk Yahudi, tapi untuk semua orang. "Kami tidak punya perang dengan Islam. Sayangnya, ada orang yang menolak ide negara Israel itu sendiri, seperti Iran, Hezbollah, Hamas, secara keras dan jelas bahwa tak ada jalan untuk mengakui Israel, dari kacamata PAN-Islamisme," tutur Rivlin.
Istibsyaroh mengaku merasa terhormat bisa berada di Israel. "Indonesia terdiri dari 17.000 pulau, terbang dari satu sisi ke sisi lain memakan waktu 10 jam. Meskipun ada beragam agama, dan budaya yang berbeda, mereka dapat tinggal sebagai satu warga, warga negara Indonesia," ujar Istibsyaroh. (Ihsanuddin) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini