Mulai ditawarkan, ini harga saham produsen Michael Kors di Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen pakaian merek ternama Michael Kors, Calvin Klein, Tommy Hilfiger, DKNY, hingga American Eagle di Indonesia yaitu PT Golden Flower menetapkan harga penawaran umum ketika sahamnya resmi tercatat. Dalam prospektus yang diterima Kontan.co.id, Senin (17/6), tercatat harga penawaran umum Golden Flower sebesar Rp 288.

Harga tersebut berada di kisaran harga penawaran awal yang sudah diselenggarakan pada tanggal 17 Mei hingga 27 Mei 2019 lalu. Pada masa book building itu, harga saham Golden Flower berada rentang Rp 260 hingga Rp 300 per saham.

Dalam prospektus itu juga disebutkan, perusahaan garmen yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah itu akan memulai masa penawaran umumnya pada hari ini, 17 Juni hingga 20 Juni 2019. Bila tak ada aral melintang, Saham Golden Flower akan resmi tercatat di lantai bursa pada Rabu, 26 Juni 2019.


Sebagai informasi, produsen aneka pakaian jadi itu akan menawarkan sebanyak 150 juta sahamnya kepada publik. Jumlah tersebut setara dengan 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan proyeksi jumlah saham dan harga penawaran tersebut maka Golden Flower menargetkan dana segar sebesar Rp 43,2 miliar.

Duit segar itu akan digunakan untuk beberapa keperluan. Setelah dipotong untuk biaya emisi, perusahaan akan menggunakannya untuk modal kerja seperti dengan membeli bahan baku, biaya produksi, hingga biaya operasional pemasaran.

Sebelum ditawarkan kepada publik, prospektus perusahaan menyebutkan jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan mencapai 600 juta saham. Sebanyak 99% dari jumlah saham itu atau sebesar 599,96 juta saham, dimiliki oleh PT Profashion Apparel.

Sedangkan sisanya dimiliki oleh komisaris utama perusahaan Po Sun Kok sebanyak 0,07% atau sekitar 40.000 saham. Dari situ, total jumlah nilai nominal modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan sebesar Rp 60 miliar rupiah.

Dari segi kinerja, sepanjang tahun 2018 lalu, perusahaan ini meraih total penjualan sebesar Rp 438, 45 miliar. Ekspor memiliki kontribusi paling besar bagi total pendapatan dengan jumlah Rp 418, 44 miliar.

Dalam tiga tahun terakhir, laba perusahaan bisa dikatakan sangat fluktuatif. Bila menilik ikhtisar laporan keuangan, pada tahun 2016 total laba bersih komprehensif perusahaan tercatat sebesar Rp 47, 44 miliar.

Pada tahun berikutnya, laba perusahaan tercatat mengalami penurunan sangat dalam hingga sebesar 82% sehingga di tahun itu laba perusahaan hanya sebesar Rp 8,24 miliar. Sedangkan pada tahun 2018, perusahaan kembali mencatatkan pertumbuhan laba menjadi Rp 13, 19 miliar.

Aset perusahaan dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2018 lalu, tercatat total aset perusahaan mencapai Rp 315, 72 miliar terdiri dari Rp 249, 79 miliar aset lancar dan Rp 65, 93 miliar aset tidak lancar.

Jumlah itu naik dari tahun 2017 di mana total aset perusahaan mencapai Rp 291, 90 miliar terdiri dari Rp 217, 11 miliar aset lancar dan sisanya sebesar Rp 74, 79 miliar sebagai aset tidak lancar.

Lalu di tahun 2016, perusahaan membukukan aset sebesar Rp 285, 52 miliar terdiri dari Rp 189, 32 miliar aset lancar dan Rp 94, 20 miliar sebagai aset tidak lancar.

Sedangkan dari segi liabilitas, pada tahun 2018 perusahaan tercatat memiliki liabilitas sebsar Rp 203, 42 miliar. Jumlah tersebut turun 8,70% dari tahun 2017 di mana liabilitas perusahaan mencapai Rp 222, 80 miliar. Angka ini paling tinggi dalam tiga tahun terakhir mengingat liabilitas perusahaan 2016 sebesar Rp 212, 66 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto