Mulai Panen, Harga Gabah di Tingkat Petani Mulai Turun Jadi Rp 7.200 Per Kilogram



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Pusat Perbenihan Nasional (P2N) SPI Kusnan mengaku harga gabah sudah mulai turun mencapai Rp 7.200 per kilogram (kg) lantaran beberapa daerah mulai ada panen. 

"Di lapangan, harga gabah sudah mulai turun dari Rp 8.000/kg menjadi Rp 7.200/kg," jelas Kusnan pada Kontan.co.id, Rabu (28/2). 

Menurutnya dengan turunnya harga gabah ini, harga beras di pasar harusanya ada di kisaran Rp 14.000/kg. Hanya saja saat ini harga beras di pasar masih lebih tinggi dari itu. 


Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Rabu (28/2) harga beras premium saat ini mencapai Rp 16.410/kg, sementara beras jenis mendium mencapai Rp 14.300/kg. 

Baca Juga: Lonjakan Harga Beras Dipicu Masalah Produksi Dalam Negeri

"Harga gabah cenderung turun harusnya beras di pasar di kisaran Rp 14.000/kg," jelas Kusnan. 

Kusnan berharap masuknya panen raya ini tidak terus memukul harga gabah di tingkat petani. Pasalnya, ia mengaku biaya produksi padi saat ini juga sudah tinggi. 

"Gabah Rp 7.200/kg ini petani sudah untung, jika gabah Rp 6.000/kg ini titik impas," jelas Kusnan. 

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menegaskan pemerintah memiliki tantangan besar untuk menjaga harga di tingkat petani pada saat panen raya mendatang. 

Arief mengatakan masa panen akan turut menurunkan harga gabah di tingkat petani. Ia memprediksi harga gabah di tingkat petani bisa mencapai Rp 6.500/kg saat musim panen nanti. 

"Tantangan pemerintah adalah menjaga harga di tingkat hilir yaitu petani lantaran harga gabah akan terus turun seiring dengan berjalanya panen," kata Arief. 

Baca Juga: Bantah Masih Ada Kelangkaan, Bapanas Pastikan Pasokan Beras Tercukupi

Meski begitu, kabar baiknya harga beras di tingkat hilir akan cenderung turun seiring dengan banjirnya pasokan dari panen petani. 

Untuk itu, ia berkomitmen saat panen padi mengalami eskalasi, baik harga di hulu dan hilir bisa terkoreksi kembali menemui keseimbangan yang baik dan wajar. 

"Angka di hulu itu harga pokok produksi dan harus ada margin. Sementara di hilir, perlu ada kombinasi dan ini harus diseimbangkan," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi