KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pembiayaan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM mulai membaik di tengah tekanan dampak Covid-19. Direktur Utama PNM Arief Mulyadi bilang total penyaluran pembiayaan mencapai Rp 10,01 triliun pada Juli 2020. Pembiayaan itu memang turun 12,35% yoy dibandingkan Juli 2019 senilai Rp 11,43 triliun. Kendati demikian, penurunan ini lebih baik dibandingkan Juni 2020 yang terkoreksi 17,49% yoy dan Mei 2020 melorot 23,35% yoy. Rinciannya, hingga Juli 2020, pembiayaan Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) turun 1,12% yoy menjadi Rp 9,15 triliun. Sedangkan pembaiyaan Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) turun 60,16% yoy menjadi Rp 866 miliar.
“PNM memang dapat tugas untuk melayani segmen ultra mikro. Pandemi tidak pandemi, ekonomi mereka tetap harus bergulir, dengan protokol kesehatan yang dikedepankan. Sehinga
outstanding pembiayaan bisa tumbuh 64,19% yoy dari Rp 14,76 triliun menjadi Rp 16,72 triliun,” kata Arief kepada Kontan.co.id pada Selasa (26/8).
Baca Juga: PNM pacu penyaluran pembiayaan kepada para pedagang kecil Lebih rinci,
outstanding Mekaar tumbih 103,16% yoy dari Rp 8,28 triliun menjadi Rp 10,37 triliun di tujuh bulan pertama 2020. Sedangkan
outstanding ULaMM turun 2,12% yoy dari Rp 6,48 triliun menjadi Rp 6,34 triliun di Juli 2020. Meski sempat terdampak, para pengusaha mikro mulai kembali meningkatkan kualitas pembiayaan yang diterima. Terlihat dari membaiknya rasio pembiayaan bermasalah atau
non performing loan gross menjadi 1,49% pada Juli 2020. Padahal posisi yang sama tahun lalu di level 1,75%. Arief melihat, saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai daerah, pengusaha mikro ini sempat terhenti. Utamanya bagi pedagang di sekitar sekolahan, kantor, dan lokasi wisata. Agar bisa bisnis tetap berjalan, PNM mengarahkan untuk melakukan transisi usaha yang disesuaikan dengan kondisi dan memiliki potensi pasar lain. “Saat ini sudah mulai bergulir dan aktif berusaha, walaupun belum 100%. Makanya dibantu Pemerintah dengan Banpres Produktif Usaha Mikro untuk untuk akselerasi dan membantu mereka,” jelas Arief. Lebih lanjut, jumlah para nasabah PNM pun ikut bertambah menjadi 6,45 juta orang. Meningkat 29,82% yoy dibandingkan Juli 2019 sebanyak 4,97 juta orang. Sebanyak 6,38 juta nasabah Mekaar dan 71.375 nasabah ULaMM hingga Juli 2020. “Kami upayakan Agustus -hingga Desember 2020 ada penambahan penyaluran baru senilai Rp 12,5 triliun. Sehingga di akhir tahun jumlah nasabah aktif mencapai 7 juta orang. Hingga 25 Agustus, jumlah nasabah aktif Mekaar sebanyak 6,52orang,” tambah Arief. Guna mencapai target tersebut, PNM menyiapkan sumber pendanaan baru untuk menggenjot pembiayaan. Arief bilang perusahaan berencana terbitkan sukuk sekitar Rp 240 miliar pada September 2020. PNM juga akan kembali menerbitkan obligasi. Ini merupakan bagian dari PUB III PNM 2019 dengan target dana yang dihimpun sebanyak-banyaknya Rp 6 triliun.
Selain itu, PNM juga mengantongi total penyertaan modal negara (PMN) Rp 2,5 triliun. Jika dirinci PMN Rp 1 triliun sesuai Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020 dan Rp 1,5 triliun bagian program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Kemudian penarikan dana dari
loan committed unused (LCU) bank maupun fasilitas baru, dan program Umi - Kementerian keuangan melalui pusat investasi pemerintah (PIP).
Baca Juga: PNM gandeng Kejagung untuk selesaikan masalah perdata dan tata usaha negara Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat