Mulai Pulih, Produsen Jepang Mulai Optimistis Bisnis Kembali Melaju



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Meski tantangan ekonomi global masih belum menentu, Jepang berhasil menunjukkan pemulihan secara bertahap. Tercermin dari kenaikan keyakinan produsen Jepang pada Juni dan stabil permintaan sektor jasa yang tangguh membantu perusahaan menahan tekanan dari harga bahan baku yang tinggi, mengutip jajak pendapat Reuters pada Rabu (15/6). 

Kajian yang sejalan dengan survei triwulanan Bank of Japan (BOJ) ini menemukan sentimen di antara perusahaan manufaktur dan sektor jasa diperkirakan meningkat selama tiga bulan ke depan. Walaupun, perusahaan masih melaporkan tekanan dari kenaikan biaya yang diperburuk oleh melemahnya yen.

Jajak pendapat bulanan terhadap 499 perusahaan besar dan menengah, yang 238 di antaranya ditanggapi antara 1-10 Juni, dilakukan di tengah ketidakpastian prospek ekonomi di Asia sebagai akibat dari pendekatan keras China untuk membasmi wabah Covid-19.


Baca Juga: Pasar Menanti Keputusan The Fed, Bursa Asia Ditutup Bervariasi

"Kondisi tetap kuat seperti selama tiga bulan pertama tahun ini, bahkan dengan kenaikan suku bunga AS dan penguncian China," kata seorang manajer di sebuah pabrik kimia.

Indeks sektor jasa terlihat naik ke level 15 pada bulan September. Terutama mencerminkan pemulihan sentimen di sub-sektor transportasi/utilitas dengan harapan bahwa China akan melonggarkan pembatasan yang bertujuan menahan penyebaran virus.

Indeks sentimen mengurangi persentase perusahaan yang mengatakan kondisinya buruk dari yang mengatakan kondisinya baik. Artinya, lebih banyak perusahaan mulai optimis akan prospek bisnisnya. 

Kendati demikian, BOJ kemungkinan akan mempertahankan suku bunga sangat rendah pada hari Jumat, tidak terpengaruh oleh penurunan tajam yen yang telah mendorong biaya impor.

Baca Juga: Ingin Hambat Penurunan Yen, Pemerintah Jepang Akan Berkoordinasi dengan BOJ

Adapun survei dari bank sentral Jepang pada bulan April lalu menunjukkan kepercayaan bisnis di antara produsen besar Jepang memburuk untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun pada kuartal pertama. 

Lantaran perusahaan dilanda gangguan pasokan dan melonjaknya biaya bahan baku yang disebabkan oleh perang di Ukraina. 

Editor: Herlina Kartika Dewi