KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen kaca, PT Mulia Industrindo Tbk (
MLIA) mengincar pertumbuhan kinerja bisnis di tahun 2023 ini. Pihaknya membidik angka penjualan sebesar Rp 5,3 triliun, dengan target laba bersih mencapai Rp 700 miliar sampai tutup tahun nanti. Direktur dan Sekretaris Perusahaan Mulia Industrindo Henry Bun menuturkan, target pertumbuhan yang dibidik tahun ini memang tidak terlalu signifikan. Keputusan itu diambil mengingat adanya ancaman resesi ekonomi global pada tahun 2023. "Untuk tahun 2023 memang masih ada ancaman resesi ekonomi global, namun perseroan memprediksikan masih ada pertumbuhan nilai penjualan tetapi tidak terlalu signifikan," ungkap Henry, kepada Kontan.co.id baru-baru ini.
Baca Juga: Pacu Penjualan Ekspor & Lokal, Mulia Industrindo (MLIA) Bidik Rp 5 Triliun Tahun Ini MLIA belum merilis secara resmi laporan keuangan tahun buku 2022. Namun, Henry mengklaim bahwa target penjualan Rp 5 triliun dan laba bersih sebesar Rp 708 miliar berhasil tercapai karena didukung oleh peningkatan nilai penjualan produk kaca lembaran, produk botol, dan kaca pengaman otomotif dibandingkan tahun 2021. Adapun, hingga kuartal III-2022 Mulia Industrindo tercatat membukukan penjualan bersih sebesar Rp 3,84 triliun. Capaian ini lebih tinggi 20,67% dibandingkan penjualan bersih pada kuartal III-2021 yang senilai Rp 3,19 triliun. Dari sisi
bottom line, perseroan terpantau mampu meraup pertumbuhan laba bersih periode berjalan hingga 63,41% menjadi Rp 702,28 miliar. Di mana pada periode yang sama tahun sebelumnya laba bersih MLIA hanya mencapai Rp 429,74 miliar. Untuk memaksimalkan bisnis tahun ini, MLIA menganggarkan alokasi belanja modal atau
capital expenditure (Capex) sebesar Rp 400 miliar. Dana capex tersebut salah satunya akan digunakan untuk membeli tambahan satu mesin botol.
"Serta capex rutin lainnya agar operasional dapat berjalan dengan baik dan lancar. Sumber dananya berasal dari kas internal perusahaan dan sebagian pinjaman dari bank," tandasnya. Terkait harga jual tahun 2023, dia bilang akan ada sedikit penurunan untuk produk kaca lembaran sekitar 5%-10% karena kondisi ekonomi global yang belum membaik dan stabil. Sedangkan untuk produk botol diprediksikan ada kenaikan sekitar 5%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .