Multi Bintang genjot produksi non alkohol



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) mulai serius menggarap produk minuman non alkohol, setelah lebih dari 80 tahun dikenal sebagai perusahaan pembuat bir (brewer). Menggarap produk non alkohol memang menjadi keharusan di tengah pembatasan peredaran produk alokohol di Indonesia. Bambang Britono, Direktur Hubungan Korporasi Multi Bintang mengatakan untuk memproduksi produk non alkohol ini, perusahaan telah membentuk PT Tirta Prima Indonesia. Perusahaan ini dibentuk pada Mei 2017 lalu bersama Heineken Asia Pacific. “PT Tirta Prima itu hanya fokus ke produk-produk non alkohol. Jadi, kita punya pemisahan antara produk alkohol di Multi Bintang dan yang non alkohol semuanya di Tirta Prima,”ujar Bambang kepada wartawan usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa di Jakarta, Senin (30/10). Saat ini ada tiga produk non alkohol Multi Bintang yaitu Bintang Zero, Green Sand dan terbaru Radler Zero. “Jadi ada tiga produk yang sekarang diproduksi oleh Tirta Prima Indonesia,”ujarnya. Produk-produk non alkohol ini, menurut Bambang sejauh ini masih menyasar pasar domestik. Ditanya ke depan apakah fokus pada pengembangan produk non alkohol, Bambang mengatakan produksi produk non alkohol sebagai respons atas perminataan yang ada di pasar. “Kita sebetulnya 80 tahun adalah perusahaan brewer, tapi kita juga melihat demand dari konsumen, maka kita kembangkan ke produk non alkohol yang agak spesifik,”ujarnya. Total kapasitas produksi untuk produk non alokol yang akan dikembangkan kata dia sebesar 600.000 hekta liter. Saat ini, kata dia produksi non alkohol masih relatif kecil dibandingkan degan bir. “Karena kita baru mengembangkan, baru inovasi,”ujarnya. Dalam laporan keuangan kuartal ketiga 2017, dari total penjualan bersih yang mencapai Rp 2,33 triliun, segmen usaha non alkohol berkontribusi sebesar Rp 258,38 miliar atau 11,07% dari total penjualan bersih. Sedangkan, penjualan dari segmen alkohol pada periode tersebut sebesar Rp 2,08 triliun atau 88,93% dari total penjualan. Pendapatan non alokohol ini mengalami penurunan sebesar 14,1% dibandingkan periode Januari-Septmber 2016 yang mencapai Rp 300,8 miliar. Direktur Keuangan Multi Bintang Indonesia, Erik Mul mengatakan penurunan pendapatan non alkohol ini terjadi seiring dengan lesunya sektor ritel. "Secara keseluruhan produk konsumsi tertekan di tahun ini. Jika kita melihat data Nielsen sebenarnya semua perusahan minuman menurun tahun ini. Kedua, kita juga sudah meluncurkan banyak produk baru, sehingga stok di pasar semakin banyak," jelasnya. Ada pun sejumlah varian produk non alkohol baru yang diluncurkan ke pasar antara lain Fayrouz, Greensand, Bintang Zero dan Bintang Maxx Zero. Penompang Kenaikan Laba Kuartal III Di tengah pemabtasan distribusi minuman beralkohol, Multi Bintang masih membukukan kinerja yang positif sepanjang Januari-September 2017. Total pendapatan perusahaan dengan kode MLBI di bursa efek ini sebesar Rp 2,33 triliun naik 1,61% dibandingkan pendapatan bersih pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 2,3 triliun. Pertumbuhan laba bersih cukup signifikan yaitu tumbuh 35,61% dari Rp 678,92 miliar pada 2016 menjadi Rp 920,68 miliar pada Januari-September 2017. Erik Mul, Direktur Keuangan MLBI mengatakan kinerja keuangan yang positif ini ditopang oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Maklum, distribusi produk Multi Bintang sebagian besar di daerah pariwisata. “Kami melihat adanya permintaan yang kuat dari pelanggan di daerah wisata. Kami juga melihat banyak turis yang datang ke Indonesia, sekitar 20% lebih tinggi dari tahun lalu. Ini positif untuk operasional kami,”ujar Erik saat ditemui di tempat yang sama. Terkait pendapatan bersih yang tumbuh tipis, dibandingkan laba bersih Erik mengatakan hal itu terjadi karena perusahaan menerapkan efiseinsi. Selain itu, juga tertolong oleh harga komoditas yang rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS. “Dari sisi beban, kami memiliki beban yang stabil, di sisi lain kami juga berusaha memperbaiki pendapatan,”ujarnya. Terkait proyeksi hingga akhir tahun nanti, Bambang Britono mengatakan industri bir domestik masih tertekan oleh larangan penjualan miniman alkohol di minimarket. Selain itu, juga masih ada pembahasan Rancangan Undang-undang pelarangan minuman beralkohol. Karena itu, kata dia dari sisi aturan belum banyak mendukung.

"Itu yang selalu menjadi concern kita, yang selalu kita suarakan ke pemerintah. Karena kita setuju dengan pengaturan dan pengendalian tapi bukan pelarangan,”ujarnya.

Sebagai dampak dari distribusi yang ketat, kata dia, selama dua tahun belakangan ada pergeseran (shifting) pelanggan dari pembelian di minimarket (off trade) ke pembelian langsung di bar-bar (on trade) terutama di daerah pariwisata. “Jadi on trade sangat berkembang, karena di kota-kota besar dan daerah pariwisata karena bir tidak available di off trade, khususnya di minimarket. Beli di on trade tempat di minum langsung di bar, restoran, kafe. Kalau minimarket itu kan off trade," ujarnya. Karena itu, pasar terbesar Multi Bintang saat ini adalah daerah-daerah tujuan wisata seperti Bali. “Jadi, kebijakan pemerintah yang mendukung pariwisata pasti efek terhadap industri kita. Jadi kita seneng ada 10 tujuan destinasi wisata baru,”ujanrya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina