JAKARTA. Industri multifinance mulai mengerem pinjaman dana dari luar negeri setelah kurs rupiah terus terperosok terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, utang luar negeri yang diterima perusahaan pembiayaan pada Juli 2015 turun menjadi Rp 120,38 triliun ketimbang Juni 2015 yakni Rp 121,26 triliun. Sejak tahun lalu, multifinance gencar berburu dana dari luar negeri. Tawaran bunga murah membuat perusahaan pembiayaan meninggalkan perbankan dalam negeri. Ketika dollar AS terbang tinggi, mereka mulai berpikir ulang untuk menggantungkan sumber pendanaan kepada asing. Direktur Keuangan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk, I Made Dewa Susila mengatakan, pihaknya rehat sejenak mencari pinjaman dalam dollar AS. Sebab, setelah memperhitungkan biaya hedging (lindung nilai), ongkos utang luar negeri relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pinjaman rupiah.
Multifinance batasi pinjaman luar negeri
JAKARTA. Industri multifinance mulai mengerem pinjaman dana dari luar negeri setelah kurs rupiah terus terperosok terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, utang luar negeri yang diterima perusahaan pembiayaan pada Juli 2015 turun menjadi Rp 120,38 triliun ketimbang Juni 2015 yakni Rp 121,26 triliun. Sejak tahun lalu, multifinance gencar berburu dana dari luar negeri. Tawaran bunga murah membuat perusahaan pembiayaan meninggalkan perbankan dalam negeri. Ketika dollar AS terbang tinggi, mereka mulai berpikir ulang untuk menggantungkan sumber pendanaan kepada asing. Direktur Keuangan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk, I Made Dewa Susila mengatakan, pihaknya rehat sejenak mencari pinjaman dalam dollar AS. Sebab, setelah memperhitungkan biaya hedging (lindung nilai), ongkos utang luar negeri relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pinjaman rupiah.