JAKARTA. Biaya dana perusahaan multifinance semakin tinggi. Kenaikan suku bunga acuan alias BI rate, terutama pada semester kedua tahun lalu mulai memperlihatkan dampak. Hingga Februari lalu, beberapa multifinance mulai menaikkan bunga kredit. Kenaikan tersebut tampaknya masih cukup untuk menutup ongkos pinjaman ke perbankan dan bunga obligasi sebagai sumber dana multifinance. Tengok saja BCA Finance yang merilis obligasi dalam waktu dekat. BCA Finance sedang menawarkan obligasi melalui skema penawaran umum berkelanjutan (PUB) I tahap III senilai Rp 500 miliar. Ini merupakan penerbitan terakhir PUB I BCA Finance.
Obligasi ini terbit dalam dua seri. Pertama, obligasi seri A dengan jumlah pokok obligasi sebesar Rp 225 miliar dengan jangka waktu 370 hari atau setahun dengan kupon 9%. Kedua, seri B memiliki jumlah pokok obligasi Rp 275 miliar, bertenor tiga tahun dan tingkat bunga 10%. Bunga obligasi ini jauh lebih tinggi ketimbang penerbitan obligasi tahap II tahun lalu. Ketika itu, BCA mematok kupon 6,5% untuk obligasi bertenor satu tahun dan kupon 7,5% untuk tenor tiga tahun. Meski memasang bunga obligasi lebih tinggi, Roni Haslim Direktur Utama BCA Finance, menegaskan, BCA Finance belum berencana menaikkan bunga pinjaman ke konsumen. Menurut dia, bunga kredit ke konsumen saat ini masih cukup untuk meraup keuntungan. Untuk tenor satu tahun, bunga pinjaman BCA Finance, sekitar 10%. Sementara pembiayaan dengan tenor tiga tahun, BCA Finance mengenakan bunga sekitar 11,5%. "Jadi ada selisih antara 1% sampai dengan 1,5%," ujar Roni, Rabu (12/3). Penerbitan obligasi tersebut merupakan salah satu langkah BCA Finance untuk mendukung target penyaluran pembiayaan sampai Rp 27 triliun sepanjang tahun 2014. Sebagian besar kebutuhan dana pembiayaan BCA Finance masih berasal dari joint financing dengan induk usaha, Bank Central Asia (BCA). Direktur Utama Federal International Finance (FIF Group) Suhartono menegaskan, perusahaannya juga masih akan berpatokan pada bunga kredit konsumen FIF saat ini. "Belum ada rencana menaikkan bunga," kata Suhartono.