KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat stimulus PPnBM yang segera berakhir ditambah kondisi inflasi terus merangkak naik, daya beli masyarakat pun dapat mempengaruhi pembiayaan di industri
multifinance. Namun, beberapa perusahaan
multifinance masih optimis capai targetnya. Seperti diketahui, stimulus PPnBM berupa potongan 33,33% yang saat ini masih berlaku untuk mobil LCGC dengan harga tidak sampai Rp 200 juta akan berakhir pada September nanti. Sejatinya, stimulus ini dinilai bisa mendongkrak penyaluran pembiayaan baru. Meskipun demikian, Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo bilang pihaknya masih tetap optimistis dapat mencapai target laba perusahan senilai Rp 144 miliar tahun ini. Hingga semester I-2022, perusahaan baru mencatat laba senilai Rp 10,08 miliar.
Menurutnya, dampak dari PPnBM yang segera berakhir tak akan signifikan mengingat konsumen sudah bisa menyesuaikan karena kebutuhan. Alasannya, masih ada stimulus-stimulus kebutuhan investasi.
Baca Juga: Mandala Finance Undur Penerbitan Obligasi yang Ditargetkan Senilai Rp 500 Miliar “Potensi pasar yang besar dan juga
support dari induk perusahaan (Panin Group),” ujar Harjanto kepada KONTAN, Selasa (26/7). Secara rinci, Harjanto bilang pihaknya akan menargetkan laba di kuartal III nanti bisa mencapai Rp 70 miliar hingga Rp 80 miliar. Selanjutnya, di kuartal terakhir tahun ini bisa mencapai di atas Rp 100 miliar menuju target Rp 144 miliar. Ia juga menambahkan bahwa diskon seperti stimulus PPnBM sejatinya dibutuhkan untuk meningkatkan pasar. Namun, juga perlu disesuaikan dengan momentum atau waktu yang tepat dan strategi pemerintah. Sependapat, Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance Ristiawan Suherman menyebutkan bahwa program stimulus pemerintah seperti diskon PPnBM yg berjalan memberikan dampak positif dan berharap program tersebut untuk dapat diperpanjang kembali. Sebab, ia melihat jika program stimulus PPnBM yang berakhir, sudah dapat dipastikan akan berdampak terhadap minat masyarakat membeli mobil baru atau menukar mobil lama dengan mobil baru karena akan berdampak terhadap penerapan harga mobil baru yang lebih tinggi. Adapun, hingga separuh pertama tahun ini, CNAF mencatat laba sebelum pajak sebesar Rp 264 miliar atau meningkat 104% yoy. Sebagai perbandingan, periode sama tahun lalu mencatat laba senilai Rp 129.4 miliar.
Baca Juga: Likuiditas Multifinance Ternyata Masih Seret Kenaikan tersebut ditopang oleh peningkatan pendapatan bunga sebesar 57% dari Rp 295 miliar di semester 1-2021 menjadi Rp 465 miliar di semester I-2022. Ditambah, peningkatan
fee based income sebesar 33% menjadi senilai Rp 112 miliar. “Target laba sebelum pajak di tahun ini sesuai dengan Rencana Kerja tahun 2022 yang kita serahkan ke regulator adalah sebesar Rp 356 miliar dan CNAF sangat yakin akan bisa mencapai target tersebut,” imbuhnya. Sementara itu, Presiden Direktur BCA Finance Roni Haslim bilang bahwa laba setelah pajak BCA Finance hingga Juni mencapai Rp 853 miliar atau naik 6% secara yoy. Ia pun optimistis bisa mencatat laba hingga Rp 1,7 triliun di akhir tahun ini. “Bisnis sudah mulai jalan lancar dan saya amati sementara ini
market masih bagus,” ujar Roni.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno bilang bahwa hingga akhir tahun ini belum terlalu mengkhawatirkan bagi industri
multifinance meskipun ada kenaikan inflasi juga. Didukung pula dengan Bank Indonesia yang juga masih mempertahankan suku bunganya. Ia juga menambahkan selama aktivitas masyarakat mulai kembali ramai dan jalanan juga sudah padat, kebutuhan masyarakat untuk membeli kendaraan baru atau mengganti kendaraannya masih tetap ada. “Kalau di tanya tahun ini sebenarnya masih bisa sesuai dengan yang diproyeksikan dengan tumbuh moderat 6% hingga 8%, itu tidak jadi masalah,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi