KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pembiayaan atau
multifinance di Tanah Air terus mendorong penyaluran ke sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Terbukti jumlah penyalurannya tampak terus meningkat. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tercatat, penyaluran pembiayaan ke sektor UMKM meningkat 23,27%
year on year (YoY) menjadi Rp 164,12 triliun per Juli 2023, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 133,14 triliun. Deputi Komisioner Pengawas Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, Bambang W. Budiawan menjelaskan peningkatan kredit
multifinance ke UMKM ditopang oleh pembiayaan investasi sebesar 44,23%, diikuti pembiayaan multiguna sebesar 38,98% dan modal kerja sebesar 15,51%.
“Dari sisi jumlah kontrak juga terdapat peningkatan yang cukup baik sebesar 27,51% dari 2,72 juta kontrak per Juli 2022 menjadi 3,46 juta kontrak per Juli 2023,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (15/9).
Baca Juga: CSUL Finance Targetkan Pembiayaan Alat Berat hingga Rp 1,4 Triliun Bambang mengungkapkan, adapun penyaluran pembiayaan berdasarkan sektor ekonomi, didominasi oleh tiga sektor utama. Pertama, sektor perdagangan dan eceran di mana reparasi dan perawatan mobil juga sepeda motor menyumbang Rp 47,49 triliun atau 28,94% dari penyaluran pembiayaan ke sektor UMKM. Kedua, sektor pengangkutan dan pergudangan sebesar Rp 16,28 triliun atau 9,92% dan ketiga, sektor pertanian, perikanan dan kehutanan sebesar Rp 14,34 triliun atau 8,74% dari penyaluran pembiayaan ke sektor UMKM. “Secara umum, kualitas piutang pembiayaan ke sektor UMKM juga sangat terjaga dengan baik dengan NPF Gross sebesar 2,62% dan NPF Netto sebesar 0,99%,” ungkap Bambang. Salah satu
multifinance PT CIMB Niaga Auto Financen (CNAF) membukukan aset sebesar Rp 7,44 triliun atau meningkat 22% YoY hingga Agustus 2023, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,09 triliun. Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengatakan di dalam nilai aset tersebut terdapat aset pembiayaan UMKM atau modal kerja sebesar Rp 1,32 triliun tumbuh 21% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 1,09 triliun. “Peningkatan aset pembiayaan UMKM ini dipengaruhi oleh permintaan yang cukup tinggi sejalan dengan bertumbuhnya perekonomian Indonesia yang makin membaik,” katanya kepada KONTAN. Ristiawan melihat, pembiayaan ke UMKM CNAF rata-rata digunakan untuk kegiatan usaha. Pihaknya, selalu berusaha menjaga kualitas portofolio mulai dari penggunaan
scoring yang ketat dalam analisa pembiayaan serta penggunaan metode Risk Based Pricing. “Rasio pembiayaan UMKM yang bermasalah (
Non Performing Financing/NPF) di CNAF sampai akhir bulan Agustus 2023 adalah sebesar 0,94% atau naik sebesar 0,14% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya 0,80%,” terangnya.
Baca Juga: Hingga Agustus 2023, Sejumlah Multifinance Catatkan Peningkatan Pembiayaan Investasi Menurutnya, angka tersebut masih di bawah NPF CNAF yang berada di 1,25% pada periode Agustus 2023 dan di bawah NPF industri perusahaan pembiayaan yaitu sebesar 2,69% di bulan Juli 2023. Ristiawan bilang, CNAF menargetkan adanya pertumbuhan pembiayaan ke UMKM sepanjang 2023 sebesar Rp 1,25 triliun. “Salah satu strategi pendorong pertumbuhan pembiayaan UMKM di CNAF adalah dengan memberikan suku bunga yang bersaing dengan
market melalui berbagai macam kanal penjualan (sales channel) yang dimiliki,” tandasnya. PT Adira Dinamika Multi Finance (Adira Finance) juga mencatat adanya peningkatan penyaluran ke UMKM sebesar 45% YoY menjadi Rp 13 triliun hingga Agustus 2023.
Editor: Tendi Mahadi