JAKARTA. Bunga murah sepertinya belum dapat dinikmati debitur perusahaan pembiayaan. Ini karena perusahaan
multifinance masih mengandalkan kredit perbankan untuk sebagian besar sumber pendanaan mereka. Salah satunya, PT Adira Dinamika Multifinance (Adira Finance) yang mengandalkan 60% sumber pembiayaan dari bank. Jika tahun ini Adira menargetkan pembiayaan sebesar Rp 34 triliun, artinya anak usaha Bank Danamon ini mencari sumber dana sekitar Rp 20,4 triliun dari bank. Sebanyak 26% pendanaan akan berasal dari pasar modal. Sedangkan sisanya, 14% berasal dari ekuitas atau modal sendiri.
Untuk memenuhi kebutuhan penyaluran pembiayaan, pada semester I ini, Adira Finance mulai mendapatkan pendanaan dari bank. Nilainya hingga Rp 5,1 triliun. Willy S. Dharma, Direktur Utama Adira Finance, menyebutkan ada sebelas bank yang akan mencairkan plafon pinjaman. "Sebanyak delapan yaitu bank lokal dan tiga dari bank asing," kata dia, awal pekan ini. Bank Danamon akan mengamankan lebih dari 50% kebutuhan sumber pendanaan Adira Finance. Nah, lantaran masih mengandalkan sebagian besar pendanaan dari perbankan, Willy mengatakan, belum ada rencana penurunan bunga murah kepada debiturnya. "Namun kami akan mempertimbangkan penurunan bunga pada masa-masa tertentu, seperti pada saat hari raya," kata dia. Pada perayaan seperti itu, Adira akan menawarkan bunga khusus lebih murah 1% - 2%, dengan kerja sama diler dan agen tunggal pemegang merek (ATPM). Selain itu, pemberian bunga murah masih tergantung pada kondisi masing-masing daerah. Tantangan perusahaan Ketergantungan sumber pendanaan dari bank tak hanya terjadi pada perusahaan yang memiliki induk bank. Bima Multifinance juga masih mengandalkan mayoritas pendanaan perbankan. Dennis Firmansjah, Direktur Utama Bima Finance, mengatakan salah satu tantangan
multifinance kelas menengah yang tidak terafiliasi dengan perbankan, adalah mencari sumber lain yang lebih murah. Misalnya dari pasar modal. Jika bisa mendapatkan dana murah, manfaatnya bisa langsung terasa pada debitur. "Yaitu berupa bunga lebih murah," kata Dennis.
Bima Finance menargetkan dalam dua-tiga tahun mendatang, mengandalkan 85% pendanaan dari bank. Saat ini, porsinya masih mencapai sebesar 98%. Tahun ini, Bima Finance menargetkan penyaluran pembiayaan mencapai Rp 2 triliun. Perusahaan akan menyokong kebutuhan pembiayaan dari kredit 25 bank. Sisanya berasal dari pengumpulan atau penarikan utang dari para debitur. Kondisi sama juga terjadi di BFI Finance Indonesia. Cornelius Henry, Direktur BFI Finance menargetkan pembiayaan sepanjang tahun ini bisa mencapai Rp 8,3 triliun. Sebanyak 80% dari sumber pembiayaan tersebut bakal berasal dari perbankan. "Nilainya Rp 5 triliun dari sekitar 15 bank," kata Cornelius. Untuk mencari sisa kebutuhan dana, BFI mengandalkan duit atau ekuitas internal. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: