JAKARTA. Di awal 2017, beberapa perusahaan pembiayaan telah mengantongi komitmen pendanaan dari luar negeri (offshore). Meski demikian, multifinance tidak langsung menggunakan pinjaman agar tak merugi. PT Astra Sedaya Finance (ASF) memperoleh fasilitas pinjaman bilateral senilai US$ 150 juta dari salah satu bank terkemuka di Asia pada Desember 2016. Tak hanya itu, ASF juga mendapatkan dana segar US$ 200 juta dari bank asal Jepang. Alhasil, total fasilitas pinjaman sindikasi offshore yang diperoleh mencapai US$ 350 juta. Namun, pinjaman itu tak dipakai waktu dekat.
Fasilitas tersebut siap untuk dipakai sepanjang tahun 2017. "Tiap kali mau menarik dana, kami akan cek swap rate-nya. Kalau waktunya tepat, barulah kami draw down," jelas Jodjana Jody, Presiden Direktur ASF kepada KONTAN, Senin (30/1). Jody bilang, ASF tetap mengandalkan pendanaan dari perbankan, obligasi dan lainnya untuk modal kerja. Selain utang offshore, ASF akan menghelat penawaran umum berkelanjutan (PUB) tahap III pada kuartal I-2017. "Gearing ratio ASF tergolong sehat 4 kali pada 2016," ujar Jody. Tahun ini, ASF menargetkan pembiayaan baru senilai Rp 25 triliun. PT Federal International Finance (FIFGROUP) pun memiliki beberapa pinjaman offshore secara rutin yakni dari Japan Bank for International Corporation (JBIC) dan beberapa bank Jepang swasta lain. Tahun ini, pendanaan FIF dari offshore senilai US$ 300 juta. "Ada fasilitas sindikasi yang sudah deal dalam pipeline kami. Angkanya US$ 100 juta," ujar Hendry Christian Wong, Direktur Keuangan FIF. FIF tak langsung mencairkan seluruh dana itu. Menurut Hendry, salah satu pertimbangan pencairan fasilitas sindikasi adalah biaya hedging (swap rate). Kala itu, swap rate sempat tinggi pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Kini swap rate sudah mulai turun. Tahun ini, FIF menargetkan kredit tumbuh 5%-10%. Pembiayaan Bisa Naik 9% Industri pembiayaan mengalami pasang surut sepanjang tahun lalu. Namun tak disangka-sangka, performa industri pembiayaan meningkat di akhir-akhir 2016.
Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan (IKNB OJK) mengatakan, perusahaan pembiayaan mencetak pertumbuhan pembiayaan 6,6% hingga akhir Desember 2016. Angka ini melampaui ekspektasi semula sebesar 5%. Lemahnya daya beli masyarakat menjadi basis penetapan ekspektasi. "Tahun ini kami berharap pertumbuhan perusahaan pembiayaan setidaknya bisa 8% hingga 9%. Dulu ketika multifinance sedang jaya-jayanya bisa dua digit antara 11%-15%," kata Firdaus, kemarin. Suwandi Wiratno Siahaan, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) pun optimistis. "Tahun lalu kami memprediksikan pertumbuhan pembiayaan tahun ini antara 5% hingga 10%," ujar dia. Tapi setelah mendengar data OJK tumbuh lebih pesat, APPI memprediksi pertumbuhan pembiayaan tahun ini bisa mencapai 7% hingga 10%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini