Multifinance minta BI rate tak naik lagi



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) bakal menentukan nasib bunga acuan lagi pada Kamis (12/12) ini. Industri multifinance berharap, regulator moneter tersebut tidak lagi menaikkan bunga acuan.

Sepanjang tahun ini, BI rate sudah naik 175 basis poin (bps). Yang paling anyar, November lalu, BI kembali menaikkan bunga 25 bps menjadi 7,25%. Kenaikan bunga ini menjadi dilema bagi multifinance, lantaran biaya dana atau cost of fund meminjam duit ke bank ikut menanjak.

Imbasnya, perusahaan pembiayaan harus menyesuaikan biaya dana dengan menaikkan bunga pembiayaan. Ini menyebabkan pelambatan permintaankredit kendaraan bermotor di multifinance. 


Manajemen perusahaan multifinance berharap, BI tidak lagi mengerek bunganya. "Berilah kami sedikit waktu untuk bernafas," ujar Willy S. Dharma, Direktur Utama Adira Finance, Selasa (10/12).

Ia menjelaskan, indikator kenaikkan cost of fund tercermin dari bunga kupon obligasi. Pada Januari saat Adira merilis obligasi, bunga kupon sebesar 7%. Sedangkan saat 30 September, kupon obligasi lebih mahal, yaitu 9,5%. "Ini artinya terjadi kenaikan cost of fund sekitar 200 bps - 250 bps," ujar Willy. 

Namun dia mengaku bisa memaklumi niatan BI, yang ingin membantu memperkecil defisit neraca perdagangan dan ujungnya memperkuat sektor riil.Saat ini bunga pembiayaan mobil Adira antara 14%-15%, dan pembiayaan motor Adira mencapai 20%. Dengan bunga pembiayaan yang ditetapkan Adira sekarang, memiliki selisih 1% dengan bunga bank untuk pembiayaan mobil dan 2%-3% untuk pembiayaan sepeda motor.

Sementara Direktur Utama BESS Finance, Anta Winarta, mengatakan kenaikkan BI rate selama ini menjadi instrumen pengendalian inflasi dan meredam kredit konsumtif sudah efektif. "Sebaiknya jangan dinaikkan lagi," pinta Anta. Seperti halnya Adira, Anta juga mengkhawatirkan dampaknya berimbas pada kenaikan cost of fund dan pelemahan permintaan konsumen.

Cornelius Henry, Direktur BFI Finance, menambahkan kenaikan bunga menyebabkan daya beli konsumen turun. Ini juga berimbas pada pembelian dengan cicilan baik membeli kendaraan bermotor atau rumah. "Akibatnya, konsumen memilih menunda pembelian," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia