Multifinance Mulai Tancap Gas Tingkatkan Biaya Operasional



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kondisi ekonomi yang sudah kembali pulih, industri multifinance mulai kembali berani meningkatkan biaya operasional yang dimiliki. Maklum, beberapa tahun belakangan, industri ini telah melakukan efisiensi di saat penyaluran kredit masih seret akibat terdampak pandemi covid-19.

Jika melihat data OJK per April 2022, beban operasional industri multifinance terlihat semakin meningkat. Tercatat, pertumbuhannya mencapai sekitar 2,4% dari tahun sebelumnya dengan nilai Rp  25,8 triliun.

Beban biaya yang meningkat tersebut tampaknya menandakan bahwa para pelaku akan tancap gas untuk terus mennigkatkan biaya operasional dan melakukan ekspansi dalam bisnisnya. 


CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) misalnya, yang hingga Maret 2022 lalu mencatatkan beban biaya operasional mencapai Rp 161 miliar sehingga perusahaan memprediksikan biaya operasional sampai dengan akhir tahun 2022 sebesar Rp 645 miliar.

Baca Juga: Membaik, Jumlah Kendaraan yang Ditarik Multifinance Makin Minim

"Biaya operasional mencakup biaya bunga pendanaan, biaya umum administrasi dan biaya penyisihan kerugian pembiayaan (CKPN). Biaya operasional CNAF selalu dijaga dengan baik terlihat dari indikator biaya yang sangat efisien yaitu BOPO 62% per Maret 2022 (lebih baik dibanding Maret tahun 2021 sebesar 69%)," papar Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance Ristiawan Suherman kepada kontan.co.id, Senin (6/6).

Rencana perusahaan dalam penggunaan biaya operasional di tahun 2022 menitikberatkan pada strategi bisnis dalam meningkatkan pertumbuhan portfolio sekaligus peningkatan pendapatan atau laba.

Untuk mendukung strategi tersebut, Ristiawan menyebut, biaya operasional yang diprediksikan akan meningkat adalah biaya bunga pendanaan yang diteruskan untuk pembiayaan nasabah yang terlihat pada peningkatan aset kelolaan sebesar 43% yoy.

"Dalam menggunakan biaya operasional, CNAF mengedepankan konsep JAWS yaitu pertumbuhan pendapatan harus jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan biaya," kata Ristiawan.

Ia menjelaskan, biaya operasional yang merupakan biaya terbesar dan meningkat di tahun ini adalah biaya bunga pendanaan seiring pertumbuhan penyaluran pembiayaan baru dan peningkatan aset kelolaan.

Sedangkan biaya operasional yang terus dilakukan efisiensi adalah biaya umum administrasi. Biaya umum administrasi sampai dengan Maret 2022 sebesar Rp 30 miliar atau membaik (berkurang) sebesar 17% dibandingkan dengan periode Maret 2021. 

Dalam menekan biaya operasional, perusahaan menerapkan strategi diantaranya, meningkatkan produktivitas dan penyederhanaan proses dengan memanfaatkan digitalisasi, implementasi inisiatif smart spending dan penggunaan aplikasi digital (mengurangi kertas dan waktu proses kerja) untuk biaya operasional, meminimalisasi biaya bunga pendanaan (Cost of Fund) dengan berfokus pada sumber pendanaan murah.

Baca Juga: Jumlah Kendaraan yang Ditarik Multifinance Kian Sedikit

Juga meminimalisasi biaya pembiayaan atau penyisihan kerugian pembiayaan melalui implementasi sistem penilaian pembiayaan yang lebih komprehensif untuk meningkatkan kualitas dan kecepatan penilaian pembiayaan.

Sampai dengan akhir tahun, Direktur Utama MUF Stanley Setia Atmadja juga memproyeksikan beban biaya operasional yang akan di tanggung berkisar Rp1,3 triliun. Dimana biaya tersebut adalah untuk keperluan biaya tenaga kerja, biaya umum & administrasi, biaya promosi dan biaya penanganan nasabah. Biaya terbesar dari total biaya operasional tersebut adalah biaya tenaga kerja.

"Terkait dengan biaya operasional, MUF selalu menempatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan dana sebagai bagian strategi prioritas. Fokus utama efisiensi biaya operasional tahun ini adalah pada peningkatan produktifitas unit kerja dan tenaga kerja," ujar Stanley.

Djaja Suryanto Sutandar, Presiden Direktur WOM Finance juga mengatakan, bahwa tren beban operasional hingga akhir tahun diproyeksikan akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya juga penyaluran pembiayaan baru yang telah ditargetkan.

"Perusahaan sendiri telah mempersiapkan anggaran untuk mendukung aktifitas bisnis Perusahaan hingga akhir tahun 2022," katanya.

Djaja menerangkan, perusahaan telah melakukan alokasi terhadap pos-pos biaya operasional untuk mendukung pertumbuhan bisnis Perusahaan, diantarannya untuk biaya SDM, biaya pemasaran, biaya utilitas dan berbagai biaya lainnya yang terkait dengan operasional perusahaan.

Seiring dengan kondisi perekonomian yang telah membaik akibat meredanya pandemi COVID-19, serta meningkatnya daya beli serta aktifitas fisik yang mulai dilakukan oleh masyarakat, Perusahaan akan berfokus untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan.

"Salah satu strategi yang telah disiapkan perusahaan yaitu dengan meningkatkan biaya operasional untuk mendukung aktifitas pemasaran, baik aktifitas pemasaran secara online maupun onsite. Perusahaan pun terus berusaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam berbagai lini bisnis Perusahaan," ujar Djaja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi