KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk bakal menggelar rapat umum pemegang saham pada 7 Desember 2022 mendatang. Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman menyatakan akan meminta restu terkait rencana kelompok usaha bank (KUB) kepada pemegang saham. “BJTM memiliki modal yang bagus sehingga bisa menjadi
anchor dalam pembentukan KUB. Kami sudah melakukan komunikasi dengan beberapa BPD, lebih banyak ke Indonesia bagian timur. Tapi kamu harus melaporkan dulu ke regulator dan pemegang saham,” ujarnya di Jakarta pada Jumat (28/10). Ia menyatakan, bila rencana pembangunan ibu kota negara (IKN) berjalan sesuai rencana, maka Jawa Timur bakal bisa menjadi hub ekonomi baru. Agar tidak kehilangan momentum, bank bersandi saham BJTM ini siap melakukan perubahan termasuk membentuk KUB.
Memang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah merilis kebijakan konsolidasi perbankan untuk memperkuat sektor perbankan tanah air. Salah satunya, bank bisa membentuk KUB maupun menjadikan KUB. Sehingga
achor atau induk KUB bisa bertanggung jawab dan ikut mengawasi anggotanya.
Baca Juga: Laba Bank Sampoerna Turun 49,39% Jadi Rp 28,2 Miliar pada Kuartal III 2022 Hingga September 2022, BJTM masih memiliki modal yang tebal tercermin dari rasio kepemilikan modal minimum atau
capital adequacy ratio (CAR) sebesar 22,65% pada September 2022. Naik tipis dibandingkan posisi yang sama tahun lalu di level 22,56%. Busrul menyatakan dengan posisi permodalan yang cukup kuat untuk membentuk KUB. Kendati demikian, ia menginginkan anggota KUB dari BPD yang sehat. Dengan demikian, kehadiran KUB ini bisa meningkatkan nilai lebih dari kolaborasi yang ada. Asal tahu saja, BJTM mencatatkan mencatatkan laba bersih senilai Rp 1,20 triliun hingga September 2022. Nilai ini hanya tumbuh 1,51% secara tahunan alias
year on year (YoY). Busrul mengakui kinerja laba ini terbilang lebih rendah dibandingkan BPD besar lainnya. Ini sebagai bagian dari konsolidasi bank yang tengah melakukan penguatan bisnis dengan melakukan berbagai perbaikan kebijakan, struktur organisasi, hingga sumber daya manusia. “Sebagai BPD kami bertumpu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), APBD bertumpu pada anggaran belanja negara (APBN). Dua tahun terakhir, APBN banyak digunakan untuk penanggulangan Covid-19. Sedangkan tahun depan sepertinya akan banyak untuk Ibu Kota Negara,” paparnya. Oleh sebab itu, bila selama ini BPD kuat di segmen
payroll base, kini harus bergeser ke sektor produktif yang masih memiliki peluang. Guna mengoptimalkan sektor produktif inilah bank bersandi saham BJTM ini melakukan konsolidasi dengan memperkuat bisnis. “Kami sadari titik kendala selama ini ada di sisi lini atau
marketing, ini sudah kami perbaiki sistem dan kualitasnya. Semuanya pekerjaan rumah sudah kami selesaikan, sehingga tahun depan kalau ada resesi, kami siap menangkap peluang yang ada,” jelasnya.
Baca Juga: Bank Maybank Raup Laba Bersih Stabil Rp 1,06 Triliun Hingga Kuartal III 2022 Bank Jatim catatkan peningkatan total kredit yang tumbuh secara keseluruhan sebesar 6,83% YoY dari Rp 43,03 triliun menjadi Rp 45,97 triliun per September 2022. Pertumbuhan penyaluran kredit Bank Jatim terjadi di seluruh segmen sejalan dengan pemulihan ekonomi di berbagai sektor. Kredit UMKM tercatat menjadi penyumbang
growth tertinggi yang naik sebesar 19,07% YoY menjadi R 5,73 triliun di September 2022. Kredit Komersial naik 5,89% menjadi Rp 11,75 triliun. Sedangkan portofolio kredit di sektor konsumsi tumbuh sebesar 5,05% menjadi Rp 28,50 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi