KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertarungan wacana semakin sengit menjelang perhelatan pemilihan presiden (Pilpres) Indonesia yang akan digelar pada 14 Februari 2024 mendatang. Salah satu wacana yang muncul dari salah satu tim sukses pasangan calon presiden dan wakil presiden adalah rencana untuk mengubah badan hukum badan usaha milik negara (BUMN) menjadi koperasi. Sementara saat ini seluruh perusahaan BUMN harus berbadan hukum perseroan terbatas (PT) sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam undang-undang BUMN. Menteri BUMN, Erick Thohir menilai wacana seperti justru menimbulkan banyak mudarat. Menurutnya, membubarkan BUMN dan diganti dengan koperasi sama saja dengan memunculkan pengangguran baru. Sebab, jumlah pegawai BUMN saat ini mencapai sebanyak 1,6 juta orang.
Ia menekankan, para karyawan BUMN selama puluhan tahun telah membultikan diri sebagai agen perubahan dalam pembangunan ekonomi Indonesia yang pertumbuhannya mencapai 5%. “Padangan seperti itu sungguh ironis. Jika ingin dibubarkan dan diganti dengan koperasi, maka sama saja memunculkan pengangguran baru di saat semua orang butuh lapangan pekerjaan. Sangat tidak masuk akal. Apalagi selama ini, para karyawan BUMN sudah menunjukkan hasil kerjanya sebagai agen perubahan dalam menumbuhkan ekonomi Indonesia," kata Erick Thohir dalam keterangannya, Sabtu (3/2).
Baca Juga: Ahok Mundur dari Posisi Komut Pertamina, Erick Thohir Cari Pengganti Dia mengungkapkan, sejumlah BUMN telah menyumbang dividen sebesar Rp 82,1 triliun ke negara pada tahun 2023. Sumbangsih tersebut telah menjadi pondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini. Erick mengakui bahwa memang tidak semua perusahaan BUMN berperforma baik. Namun, secara keseluruhan BUMN berhasil mencetak keuntungan sebesar Rp 250 triliun dan memberikan kontribusi besar terhadap negara. "Jika dinilai ada kekurangan, memang tidak ada yang sempurna. BUMN sudah memberikan kontribusi besar, kepada negara yang dipakai untuk program-program yang sedang dilakukan pemerintah, seperti program kesehatan, pangan.” ujarnya.
Kinerja BUMN di Sektor Perbankan
Perbankan menjadi salah satu penyumbang dividen terbesar terhadap negara. Kinerja himpunan bank milik negara (Himbara) terus menunjukkan pertumbuhan menggembirakan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2023, mereka masih mencetak rekor laba tertinggi sepanjang masa. Melansir laporan keuangan 2023, Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menjadi bank pencetak laba bersih tertinggi, yakni mencapai Rp 60,1 triliun sepanjang 2023, tumbuh 17,5% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan ini didukung dengan peningkatan pendapatan bunga bersih 8,5% menjadi Rp 135,18 triliun dan kenaikan pendapatan non bunga 17,3% menjadi Rp 48,1 triliun. Performa gemilang kinerja BRI sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 11,2% yoy menjadi Rp 1.266,4 triliun. Rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di level 2,95%. Sunarso Direktur Utama BRI optimistis prospek bisnis perseroan tahun 2024 tetap akan cerah. “BRI menargetkan kredit tumbuh 11,2%,” kata dia, belum dalam ini. Adapun Bank Mandiri meraup laba bersih Rp 55,06 triliun tahun lalu, melonjak 33,7% secara tahunan. Bank ini membukukan pendapatan bunga bersih Rp 95,58 triliun atau tumbuh 9,08% dan pendapatan non bunga tumbuh 15,5% menjadi Rp 40,6 triliun.
Baca Juga: Ahmad Siddik Dapat Penugasan Baru Di Pertamina, Ini Kata Bank Mandiri Bank Mandiri mencatatkan kredit tumbuh ekspansif sebesar 16,3% yoy menjadi Rp 1.398,2 triliun dengan NPL terjaga rendah di level 1,92%. Sedangkan BNI mengantongi laba bersih Rp 21 triliun sepanjang 2023, tumbuh 14,2% secara tahunan. Capaian tersebut didukung oleh perolehan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 41,27 triliun dan pertumbuhan pendapatan non bunga sebesar 6,6% yoy menjadi Rp 21,47 triliun. Kredit BNI tahun 2023 mencapai Rp 695 triliun, tumbuh 7,6% secara tahunan. Kualitas aset bank ini juga membaik dengan NPL berada di level 2,8% pada akhir 2023. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dina Hutauruk