Musim dingin berlalu, harga gas alam menguap



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berakhirnya musim dingin memberi sentimen negatif terhadap pergerakan harga gas alam. Memasuki musim semi, harga komoditas energi mulai menunjukkan tren pelemahan. Analis memperkirakan gas alam akan terus melemah hingga kuartal III-2018.

“Biasanya di musim semi, permintaan berakhir. Wajar ada penurunan harga,” ujar Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan.co.id, hari ini.

Pada awal tahun, harga gas alam cukup kuat, karena alasan cuaca, namun kini cuaca ekstrim di AS mulai berakhir. Bahkan untuk wilayah timur AS diperkirakan suhunya akan lebih hangat dari normal sampai akhir Februari nanti. Hal itu akan berpengaruh pada jumlah permintaan gas alam.


Selain cuaca, Andri melihat, harga gas alam juga mendapatkan tekanan dari berkembangnya pasar tenaga listrik dari bauran solar dan baterai di AS. Dua perusahaan besar, yakni First Solar Inc dan Florida Next Era Energy Inc, berusaha meningkatkan pasokan listrik dengan memanfaatkan dua bahan baku tersebut.

“Walaupun masih proyeksi, tetapi sentimen ini melemahkan harga,” imbuhnya.

Satu-satunya harapan penguatan harga gas alam hanya bergantung dari permintaan di sektor industri. Kalau permintaan terus menguat bisa membawa sinyal bullish pada harga. Sedangkan jika tidak, selama kuartal II dan kuartal III, harga gas alam masih tetap dalam tekanan.

Apalagi, saat ini produksi gas alam China terus menunjukkan tren kenaikan. Pada 2017, produksi gas negeri Tirai Bambu itu tercatat mencapai 147,4 miliar kaki kubik atau naik 8,5% dari tahun 2016. Kemudian mulai tahun ini hingga tahun 2020, China National Petroleun Corp telah memperkirakan produksi gas naik antara 6%-8%.

Secara teknikal, semua indikator juga masih menunjukkan potensi koreksi. Saat ini harga berada di bawah garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200, yang mengindikasikan penguatan. Kemudian indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif 0,115. Sedangkan indikator relative strength index (RSI) di level 38 dan stochastic bergerak di area oversold level 14.

Kata Andri, dengan indikator tersebut, Rabu (14/2), harga gas alam masih akan tertekan pada rentang US$ 2,45-US$ 2,64 per mmbtu. Kemudian, sepekan, harganya bergerak di kisaran US$ 2,50-US$ 2,65 per mmbtu.

Mengutip Bloomberg, Selasa (13/2) pukul 16.00 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman Maret 2018 di Nymex naik 2,27% ke level US$ 2,61 per mmbtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini