Musim dingin ekstrem memantik harga gas alam



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gas alam memulai tahun 2017 dengan kenaikan harga yang bagus. Cuaca dingin ekstrem di Amerika Serikat (AS) menyebabkan permintaan terhadap komoditas ini terus melonjak. Harga gas alam untuk kontrak Februari 2018 di bursa New York Mercantile Exchange Kamis (4/1) pukul 16:55 berada di posisi US$ 3,02 per mmbtu atau naik 0,27% dari sehari sebelumnya. Musim dingin AS dilaporkan sangat berat sehingga menyebabkan penarikan pasokan gas alam dari kilang penyimpanan AS bakal makin banyak. Hal ini terlihat dari data Energy Information Administration yang akan rilis malam ini dimana sebanyak 221 miliar kubik persegi gas alam akan ditarik dari cadangan mereka.

Penarikan ini melanjutkan tren selama empat minggu terakhir. "Kebutuhan gas alam akan tinggi karena suhu udara yang ekstrem di Amerika Serikat, 60% gas alam AS untuk subsidi rumah tangga untuk 50 negara bagiannya. Jadi AS harus melakukan penarikan yang besar dari pasokannya," jelas Direktur Garuda Berjangka Ibrahim, kepada KONTAN, Kamis (4/1). Di sisi lain, terdapat potensi pasokan gas alam akan melebar lantaran sejumlah perusahaan Liquid Natural Gas (LNG) bakal menambah kapasitas produksinya hingga 150 juta ton per tahun untuk empat tahun ke depan.

Laporan yang dilansir Bloomberg dari lembaga Sanford C. Bernstein & Co ini melanjutkan bahwa terdapat potensi proyek eksplorasi gas alam besar di negara Qatar, Papua New Guinea, Russia, AS, Mozambique, Ausralian dan sebuah mega-proyek di Alaska. Iklim investasi ini juga merespon indikator industri China yang makin membaik. Pasalnya baik data manufaktur dan services PMI nya dilaporkan bagus dan bisa jadi sinyal pemacuan aktivitas industri negara tersebut.


Caixin Manufacturing PMI China untuk Desember dilaporkan bagus di level 51,5 dan lampaui pembukuan periode sebelumnya di 50,8. Adapun Caixin Services PMI China untuk bulan Desember juga dilaporkan melambung ke level 53,9 dari pembukuan terakhir di 51,9. "Ini jadi indikasi bahwa China akan butuh gas alam untuk industri dalam jumlah besar," kata Ibrahim. Kedepan, China diperkirakan akan menduduki posisi sebagai importir gas alam terbesar pada tahun 2030, melampaui Jepang yang saat ini berada di posisi pertama. Untuk perdagangan esok, Ibrahim perkirakan harga akan terus mendaki sesuai indikator teknikal posisi garis bollinger tengah 30% di atas garis moving average (MA). Indikator relative strength index (RSI) di level 60% memberi sinyal positif dan indikator moving average convergence divergence (MACD) dan Stochastic serentak 70% positif. Untuk perdagangan besok Jumat (5/1), Ibrahim memberi harga di rentang US$ 3,009 - 3,105 per mmbtu. Sedangkan untuk sepekan di US$ 3,039 - 3,120 per mmbtu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina