Musim Dingin, Harga Komoditas Energi Siap Kembali Memanas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi masih cukup panas. Koreksi yang terjadi beberapa waktu ini bakal berbalik akibat kebutuhan energi yang meningkat. 

Research & Development ICDX Girta Yoga meyakini harga komoditas energi meliputi minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), gas alam, maupun batubara diperkirakan akan bergerak menguat jelang akhir tahun hingga awal tahun depan. 

Harga komoditas energi terdorong sentimen meningkatnya permintaan dari negara-negara Eropa yang berencana melakukan embargo terhadap minyak Rusia pada 5 Desember mendatang.


"Efek embargo yang dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya musim dingin, tentunya akan berdampak pada peningkatan permintaan akan bahan bakar pemanas saat musim dingin, serta untuk pengisian stok cadangan energi setelah musim dingin," kata Girta kepada Kontan.co.id, Rabu (23/11).

Baca Juga: Harga Komoditas Energi Masih Tangguh di Tengah Resesi

Selain itu, lanjut Girta, komitmen OPEC dan sekutunya untuk tetap membatasi produksi turut menjadi sentimen positif bagi harga komoditas energi karena membuat sisi pasokan tetap ketat.

Adapun harga sedikit terkoreksi turun dalam beberapa minggu terakhir disebabkan oleh efek peningkatan kasus covid di China sebagai negara konsumen energi utama dunia.

Jika dibandingkan secara tahunan, harga komoditas energi ini baik minyak mentah, gas alam, maupun batubara sebenarnya masih berada dalam tren menguat.

Di akhir tahun 2022, Girta memproyeksikan harga gas alam berada di area resisten US$ 8 per mmbtu-US$ 9 mmbtu. Support US$ 6 -US$ 5 per mmbtu. Minyak WTI resistance di kisaran harga US$ 90 per barel–US$ 100 per barel, dan untuk level support di kisaran harga US$ 70 per barel–US$ 60 per barel.

Baca Juga: OECD Kembali Pangkas Proyeksi Ekonomi Indonesia Menjadi 4,7% Pada tahun 2023

Harga batubara diprediksi berada di resisten US$ 400 per ton-US$ 425 per ton dengan support US$ 275 per ton-US$ 250 per ton.

Sementara di kuartal pertama 2023, harga gas alam diperkirakan akan menemui level resistance di kisaran harga US$ 9 per mmbtu–US$ 10 per mmbtu, dan untuk level support di kisaran harga US$ 5 per mmbtu–US$ 4 per mmbtu.

Minyak WTI berada di level resistance kisaran harga US$ 100 per barel–US$ 110 per barel, dan untuk level support di kisaran harga US$ 70 per barel–US$ 60 per barel.

Serta, harga batubara akan menemui level resistance di kisaran harga US$ 425 per ton–US$ 450 per ton, dan untuk level support di kisaran harga US$ 250 per ton–US$ 225 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati