Musim dingin usai, harga gas alam kembali melorot



JAKARTA. Harga gas alam terus tertekan. Spekulasi penurunan permintaan bahan bakar untuk pemanas di Amerika Serikat (AS) karena cuaca yang mulai menghangat membuat harga gas alam jatuh.

Mengutip data Bloomberg, Selasa (27/5) pukul 19.40 WIB, harga gas alam pengiriman Juni 2014 di New York Mercantile Exchange menurun 0,22% menjadi US$ 4,382 per juta kaki kubik (mmbtu). Jika dibanding akhir tahun lalu, harga gas alam telah terpangkas 6,03%.

Analis Komoditas dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, Ibrahim mengatakan, harga gas alam terus tertekan karena pergantian musim di Amerika Serikat (AS).  Biasanya, saat musim dingin di AS telah usai, permintaan gas alam mulai menurun.  "Musim dingin yang telah berlalu, konsumen mulai mengurangi permintaan," ujar dia, kemarin.


Badan Energy Information Administration (EIA) AS mecatat pekan lalu (23/5), persediaan gas alam meningkat menjadi 106 miliar kaki kubik. Angka ini lebih tinggi dari pekan sebelumnya sebesar 105 miliar kubik. Jumlah itu juga lebih tinggi dari rata-rata persedian gas alam selama lima tahun terakhir yakni sebanyak 90 miliar kaki kubik.

Ibrahim mengatakan, di kuartal II-2014, biasanya permintaan gas alam menurun. Secara teknikal, ia menjelaskan, semua indikator menunjukkan harga gas alam masih akan terus tertekan. Ini nampak terlihat dari bollinger band 80% di atas bollinger tengah. Indikator moving average di level 60% dan di atas bollinger tengah.

Sementara, indikator stochastik dan relative strenght index masih terlihat wait and see. Moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif yakni di level 60%.

Ibrahim bilang, support terdekat harga gas alam berada di level US$ 4,350 per mmbtu. Sementara, level resistance di US$ 4,517 per mmbtu. Hingga akhir semester I-2014, Ibrahim memprediksi, harga gas alam akan bergerak di kisaran US$ 4,203-US$ 4,508 per mmbtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana