Musim Giling Mundur, tapi Pasokan Aman



JAKARTA. Dewan Gula Indonesia (DGI) memperkirakan awal musim giling tebu yang semula diperkirakan mulai 8 Mei 2010, akan mundur. Di sebagian besar wilayah Indonesia, musim giling hanya mundur sekitar 2 minggu, yakni mulai 25 Mei 2010. Namun, di beberapa wilayah musim giling mundur hingga Juni atau bahkan Juli 2010.

Yang musim gilingnya mundur hingga Juni atau Juli, diantaranya pabrik gula (PG) Jatibarang, Sragi dan Gondang Baru milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, enam PG milik PTPN XI, pabrik milik PT Industri Gula Nusantara (IGN), dan PG Pakis Baru milik PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Sedangkan yang molor hingga Juli adalah PG Bone dan PG Gamming di PTPN XIV.

Penyebab mundurnya musim giling tebu tersebut adalah tingginya intensitas hujan. Ini seiring dengan panjangnya musim hujan, yang diperkirakan masih akan berlangsung hingga awal Mei mendatang. Padahal panen tebu harus dilakukan pada musim kemarau agar menghasilkan gula secara maksimal.


Namun, Sekjen DGI sekaligus Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Achmad Mangga Barani memperkirakan, mundurnya awal masa giling tebu tersebut tidak akan mempengaruhi harga gula. Sebab, stok gula masih cukup sampai Mei 2010 mendatang.

“Saya lihat (stok) masih ada 240.000 ton hingga akhir Mei plus kebun tebu di Lampung dengan kapasitas produksi sebesar 480.000 ton per tahun sudah mulai jalan awal April; jadi sudah ada produksi di April dan Mei," katanya. Mangga juga sudah menghitung neraca gula hingga bulan Mei 2010, termasuk impor gula. Dan sejauh ini, imbuhnya, tidak ada masalah.

Dengan jumlah persediaan yang ada ditambah hasil produksi gula dari Lampung serta gula impor sebanyak 500.000 ton, Mangga yakin, tidak akan terjadi kelangkaan gula yang bisa memicu kenaikan harga. Saat ini harga gula konsumsi di tingkat peritel di tanah air berkisar Rp 9.000 sampai Rp 10.000 per kilogram.

Harga gula di London International Financial Futures And Options Exchange (LIFFE) pekan lalu sempat menyentuh level terendah bulan ini, yaitu US$ 521,40 per ton (16/3). Kendati sempat merangsek ke level US$ 532,60 per ton (18/3), nyatanya akhir pekan lalu anjlok lagi ke level US$ 528,10 per ton (19/3).

Kembali ke soal pasokan gula. Amannya pasokan gula juga karena importir terdaftar (IT) gula yang mendapat kuota impor gula putih telah merealisasikan sebagian besar kuota mereka. Sampai saat ini, dari kuota impor sebanyak 500.000 ton, tinggal 89.500 ton yang belum terealisasi. Para IT memiliki waktu untuk merealisasikan sisa impor tersebut hingga 15 April 2010.

Menurut sumber KONTAN, kontrak untuk sisa impor tersebut baru diteken pekan lalu sehingga kemungkinan tidak bisa direalisasikan hingga 15 April. Karena itu, menurut sumber tersebut, pemerintah perlu memperpanjang waktu, agar gula impor sebanyak 500.000 ton yang ditargetkan pemerintah bisa tiba di tanah air seluruhnya.

Namun Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan Diah Maulida menegaskan, impor gula putih berdasarkan izin pemerintah tetap berlaku hanya sampai 15 April mendatang. “Belum ada perubahan,” kata Diah. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test