Musim kemarau menekan penjualan Budi Starch & Sweetener (BUDI) di kuartal pertama



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen tepung, PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) membukukan penurunan kinerja di tiga bulan pertama. Sepanjang Januari-Maret 2020 lalu, BUDI membukukan pendapatan usaha Rp 680,05 miliar. Angka ini lebih rendah 18,67% dibanding pendapatan usaha periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 836,25 miliar.

Sekretaris Perusahaan BUDI Alice Yuliana mengatakan, penurunan pendapatan usaha disebabkan oleh hasil panen singkong yang menurun akibat musim kemarau sepanjang Juli-November 2019 silam. Akibatnya, kinerja penjualan segmen tepung tapioka di tiga bulan pertama tahun ini menyusut dibanding periode sama tahun sebelumnya.

“Musim kemarau terjadi di sekitar Juli-November 2019 memberikan pengaruh pada hasil panen singkong selama kuartal I 2020 dan memberikan kontribusi pada penurunan kuantitas penjualan,”kata Alice kepada Kontan.co.id pada Jumat (22/5).


Baca Juga: Budi Starch menggenjot produksi di pabrik baru

Meski begitu, Alice berujar bahwa penurunan pendapatan pada segmen usaha tepung tapioka berhasil dimitigasi dengan cara mengerek pendapatan pada segmen-segmen operasi lainnya.

Mengintip laporan keuangan interim kuartal I 2020, kinerja penjualan BUDI pada beberapa segmen operasi memang mengalami kenaikan. Segmen sweetener misalnya, penjualan pada segmen ini tercatat naik sekitar 14,93% secara tahunan alias year-on-year (yoy) dari semula Rp 166,52 miliar di kuartal I 2019 menjadi Rp 191,40 miliar pada kuartal I 2020 lalu.

Kenaikan penjualan juga dijumpai pada segmen karung plastik serta asam sitrat dan produk kimia lainnya. Sepanjang Januari-Maret 2019 lalu, penjualan karung plastik tercatat naik sekitar 8,26% yoy menjadi Rp 21,05 miliar. Sebelumnya, penjualan karung plastik tercatat sebesar Rp 19,86 miliar pada periode sebelumnya. Berikutnya, penjualan asam sitrat dan produk kimia lainnya tercatat melesat 79,96% yoy dari Rp 6,96 miliar di kuartal I 2019 menjadi Rp 12,52 miliar pada kuartal I 2020 lalu.

Baca Juga: Ini penyebab kinerja Budi Starch & Sweetener (BUDI) di 2019 mengkilap

Sementara itu, penjualan tepung tapioka turun 28,16% yoy dari semula Rp 670,99 miliar di kuartal I 2019 menjadi Rp 482,03 miliar di kuartal I 2020, seiring menurunnya hasil panen singkong akibat musim kemarau tahun lalu.

Selain mengerek penjualan di beberapa segmen, BUDI juga berhasil menekan pengeluaran pada beberapa pos beban. Melansir laporan keuangan interim kuartal I 2020, beban pokok penjualan tercatat mengalami penurunan sekitar 18,86% yoy menjadi Rp 603,73 miliar di tiga bulan pertama tahun ini. Sebelumnya beban pokok penjualan BUDI tercatat sebesar Rp 744,15 miliar di periode sama tahun sebelumnya.

Baca Juga: Laba Budi Starch & Sweetener (BUDI) tumbuh dua digit di tahun lalu

Penurunan pos beban juga ditemui pada beban usaha dan beban lain-lain bersih. Sepanjang Januari - Maret 2020 lalu, beban usaha BUDI tercatat mengalami penurunan sekitar 16,66% yoy dari Rp 32,89 miliar di kuartal I 2019 menjadi Rp 27,41 miliar pada kuartal I 2020. Sedangkan beban lain-lain - bersih turun 13,48% yoy dari Rp 44,71 miliar di kuartal I 2019 menjadi Rp 38,68 miliar di kuartal I 2020.

Tapi, penurunan pada sejumlah beban belum bisa mengimbangi pendapatan usaha yang turun. Alhasil, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk alias laba bersih BUDI turun 35,20% yoy menjadi Rp 6,68 miliar di tiga bulan pertama tahun ini. Sebelumnya, laba bersih BUDI tercatat sebesar Rp 10,31 miliar pada periode sama tahun lalu.

Baca Juga: Pemegang Saham di TBLA Tambah Kepemilikan di BUDI

Sepanjang Januari-Maret 2020 lalu, BUDI telah menyerap belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 15 miliar untuk membiayai pengeluaran modal rutin. “Rencana alokasi penggunaan sisa capex di sembilan bulan berikutnya untuk pengeluaran modal rutin diperkirakan sebesar kurang lebih Rp 50 miliar,” kata Alice.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati