Musim kemarau pendek, produksi garam Pati anjlok



PATI. Hujan berkepanjangan membuat produksi garam di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, luntur. Tahun lalu wilayah produsen garam terbesar kedua ini berhasil memproduksi garam hingga 265.000 ton. Tahun ini produksi garam di Pati hanya 159.000 ton.

Menurut Edy Martanto, Kepala Dinas Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) Kabupaten Pati, produksi turun dibandingkan tahun lalu mungkin hingga 40%. Meski Oktober sudah memasuki musim kemarau, Edy bilang, sulit untuk menaikkan produksi garam.

Musim panas di tahun ini begitu singkat, tak lebih dari tiga bulan. Apalagi, terkadang masih turun hujan di saat kemarau kemarin. "Musim kemarau baru mulai sekitar Agustus lalu, sekarang sudah hujan lagi," kata Eddy.


Meski produksi turun, petani garam di Pati mulai bersorak girang. Harga garam di Pati di tahun ini lebih tinggi 60% sampai 75% dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu harga garam petani dibanderol seharga Rp 200 sampai Rp 250 per kilogram (kg). Kini harga garam bisa mencapai Rp 350 sampai Rp 400 per kg.

Edy tak khawatir pada pasokan garam yang kurang. Tahun ini Pati masih memiliki stok garam dari tahun lalu. Beruntung, produksi garam tahun lalu cukup berlimpah. "Untuk konsumsi tidak ada masalah suplai," kata Edy tanpa menyebutkan detail stok dan kebutuhan.

Di masa depan, Kabupaten Pati berencana untuk bisa membuat garam industri. Tujuannya untuk memberikan nilai tambah bagi petani. Sekadar catatan, selama ini Pati masih memproduksi garam untuk konsumsi karena belum mampu membuat jenis garam industri.

Untuk mewujudkan hal ini, Kabupaten Pati berencana untuk mengembangkan industri pengolahan garam. "Jadi, garam rakyat diolah menjadi garam industri, bukan garam konsumsi lagi," ujar Edy.

Secara nasional, produksi garam juga akan turun. Awal tahun ini, KKP optimistis bisa memproduksi garam hingga 1,85 juta ton. Menjelang akhir kuartal ketiga, pemerintah merevisi target produksi garam. Menurut proyeksi KKP, produksi garam di tahun ini tak lebih dari 700.000 ton, baik dari PT

Garam maupun pasokan dari para petani. Cuaca buruk merupakan biang kerok penurunan produksi garam. Mengutip data KKP, saat ini, lahan potensial untuk mengembangkan garam di Indonesia mencapai 33.000 hektare (ha). Dari luas lahan tersebut, sebanyak 20.800 ha dihasilkan dari Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri