Musim kering, harga CPO bakal naik



JAKARTA. Harga minyak sawit mentah kembali menguat. Spekulasi musim kering di Amerika Serikat (AS) akan meningkatkan permintaan minyak sawit atau crude palm oil (CPO). Maklum, ketika musim kering, produksi kedelai dan jagung akan turun. Kondisi ini membuat permintaan CPO sebagai komoditas substitusi akan naik.

Kontrak pengiriman CPO untuk September 2012 di Bursa Komoditas Malaysia, Senin (25/6) pukul 18.30 WIB, senilai RM 3.030 per ton. Jika dibandingkan rekor terendah sejak akhir 2011, harga tersebut lebih tinggi 6,35%. Namun, CPO belum berhasil sampai rekor tertinggi sejak tahun ini di posisi RM 3.542 per ton.Awal pekan lalu (18/6), CPO berada di posisi RM 2.899 per ton. Dalam sepekan, harga CPO telah menguat 4,51%.

Analis Asia Kaptalindo Futures Kiswoyo Ady Joe menilai, kenaikan permintaan CPO tiap tahun terjadi menjelang Ramadan. Kebutuhan CPO dari negara-negara, seperti Malaysia, India, Turki, dan Pakistan, umumnya relatif meningkat menjelang bulan puasa. Maklum, konsumsi bahan makanan dan minyak sawit meningkat selama bulan puasa.


Cenderung menguat

Menurut data Surveyor Intertek Agri Resources, ekspor CPO dari Malaysia, sebagai produsen terbesar kedua di dunia setelah Indonesia, mengalami peningkatan. Ekspor negeri jiran itu, meningkat 4,4% menjadi 1,2 juta ton hingga 25 Juni 2012, dari bulan sebelumnya. "Kegagalan panen kedelai dan panen jagung di AS juga menjadi sentimen positif terhadap kenaikan permintaan CPO," katanya.

Peningkatan permintaan CPO akan terjadi hingga pertengahan Agustus atau menjelang hari raya Idul Fitri. Kiswoyo memprediksi, pekan ini, support harga CPO berada di RM 3.000 dan resistance di RM 3.100. "Harga CPO sudah bullish dan masih akan terjaga menjelang Idul Fitri. Harga CPO maksimal bisa mencapai RM 3.200- RM 3.300 per ton," ujarnya.

Sementara, Research and Analyst Monex Investindo Futures Ariana Nur Kabar memperkirakan, harga CPO pekan ini berada di level support RM 3.013 per ton dan resistance RM 2.851- RM 3.013 per ton. Hingga pertengahan Agustus nanti, Ariana memprediksi, harga CPO akan tetap berfluktuasi, namun cenderung menguat. Hingga bulan depan, harga CPO diprediksi memiliki support di RM 3.055 dan mencapai resistance 3.130 per ton.

Sebelumnya, harga CPO sempat luruh hingga level terendah sejak awal tahun, yakni di RM 2.849 per ton, dua pekan lalu (15/6). Data pengangguran di AS yang secara mengejutkan meningkat membuat spekulasi pertumbuhan ekonomi di negara Obama ini masih akan melambat. Selain itu, keputusan The Fed yang tidak agresif memberi stimulus membuat harga komoditas ini sempat terkoreksi cukup dalam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri