Musim luruh bunga yang lama dinanti-nantikan itu tak akan datang dalam waktu dekat. Pertandanya datang dari notulensi rapat Federal Open Market Comittee (FOMC) 30 April-1 Mei 2019 yang dipublikasikan Rabu, 22 Mei 2019. Dalam notulensi itu, FOMC mengindikasikan bahwa perang dagang AS-China bisa membuat bank sentral AS menahan suku bunganya di posisi 2,25%-2,50% untuk jangka waktu yang lebih lama. Dus, pemangkasan bunga acuan AS yang tadinya diperkirakan akan berlangsung September, diperkirakan baru akan terjadi Desember 2019. Itu artinya, Indonesia pun harus bersiap suku bunga dalam negeri tetap berada di level yang relatif tinggi. Meski kita membutuhkan penurunan suku bunga acuan agar roda ekonomi berputar lebih kencang, tapi selama bunga acuan AS belum turun, sulit bagi Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan dari level 6% sekarang ini. Ya, suka tak suka, faktanya kebijakan suku bunga AS sangat mempengaruhi, kalau tidak mau dikatakan menyetir, arah suku bunga negara lain, termasuk Indonesia. Bahkan belakangan, faktor eksternal yang berpusat pada perang dagang AS-China dan arah bunga AS menjadi penentu utama pergerakan kurs rupiah dan bursa saham.
Musim luruh bunga yang tertunda
Musim luruh bunga yang lama dinanti-nantikan itu tak akan datang dalam waktu dekat. Pertandanya datang dari notulensi rapat Federal Open Market Comittee (FOMC) 30 April-1 Mei 2019 yang dipublikasikan Rabu, 22 Mei 2019. Dalam notulensi itu, FOMC mengindikasikan bahwa perang dagang AS-China bisa membuat bank sentral AS menahan suku bunganya di posisi 2,25%-2,50% untuk jangka waktu yang lebih lama. Dus, pemangkasan bunga acuan AS yang tadinya diperkirakan akan berlangsung September, diperkirakan baru akan terjadi Desember 2019. Itu artinya, Indonesia pun harus bersiap suku bunga dalam negeri tetap berada di level yang relatif tinggi. Meski kita membutuhkan penurunan suku bunga acuan agar roda ekonomi berputar lebih kencang, tapi selama bunga acuan AS belum turun, sulit bagi Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan dari level 6% sekarang ini. Ya, suka tak suka, faktanya kebijakan suku bunga AS sangat mempengaruhi, kalau tidak mau dikatakan menyetir, arah suku bunga negara lain, termasuk Indonesia. Bahkan belakangan, faktor eksternal yang berpusat pada perang dagang AS-China dan arah bunga AS menjadi penentu utama pergerakan kurs rupiah dan bursa saham.