JAKARTA. Tender pengadaan biodiesel untuk campuran bahan bakar solar oleh PT Pertamina tahap pertama sudah selesai digelar. Ada lima perusahaan yang memenangkan tender di tahap tersebut, yakni Musim Mas Grup, PT Eterindo Wahanatama Tbk, PT Darmex Biofuels, PT Pelita Agung Agri Industries dan PT Indo Biofuels Energy. Catatan saja, dalam tender tahap pertama ini, total volume biodiesel yang dimenangkan lima perusahaan tersebut sekitar 1,26 juta kilo liter (kl), atau 18% dari target pengadaan biodiesel selama dua tahun yang sekitar 6,6 juta kl. Togar Sitanggang, Senior Manager PT Musim Mas, salah satu pemenang tender tersebut mengatakan, perusahaannya memenangkan pasokan sekitar 400.000 kl saja. "Alokasi yang kami peroleh dari tender ini lebih rendah dibandingkan pengajuan yang kami sampaikan," kata Togar belum lama ini.
Meski enggan membeberkan soal harga jual, namun Togar mengatakan Musim Mas mampu menjual harga biodiesel sesuai dengan harga yang disepakati yakni dibawah harga patokan solar impor atawa MOPS (Mean of Platts Singapore) minus alpha (diskon terhadap harga MOPS). Mengenai peruntukannya, pasokan biodiesel dari Musim Mas tersebut akan dialokasikan ke beberapa wilayah di Sumatarea, Aceh, Sumatera Utara, dan Kepulauan Riau. Selain lima perusahaan tersebut, sebenarnya, ada dua produsen biodiesel lain yang ikut, yakni Wilmar Group dan Ciliandra Perkasa grup. Wilmar mengikuti tender ini melalui dua anak usahanya, yakni Wilmar Bioenergi Indonesia dan Wilmar Nabati Indonesia. Hanya saja, dua grup perusahaan tersebut tidak berhasil memenangkan tender biodiesel dari Pertamina.Togar mengakui, kebijakan pemanfaatan biodiesel sebagai campuran bahan bakar solar cukup memberikan angin segar bagi pebisnis biodiesel. Pasalnya, selama ini masih banyak hambatan dalam perdagangan biodiesel Indonesia di pasar ekspor. Salah satunya di pasar ekspor Uni Eropa (UE). Seperti telah ditulis Harian KONTAN, UE memberlakukan tarif anti dumping terhadap produk biodiesel asal Indonesia. Sekedar catatan, Musim Mas grup adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir. Pada tahun 2012, luas lahan perkebunan sawit Musim Mas mencapai 100.000 hektar yang tersebar di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Produksi minyak sawit mentah
(crude palm oil) perusahaan sekitar 400.000 ton per tahun.
Musim Mas memiliki tujuh unit pabrik pengolahan kelapa sawit. Untuk memenuhi kebutuhan produksi hilir, "Selain dari perkebunan sendiri, kami juga membeli CPO dari pihak ketiga," kata Togar. Selain Musim Mas, perusahaan lain yang juga memenangkan tender biodiesel tahap pertama dari Pertamina adalah PT Eterindo Wahanatama Tbk. Sayangnya, Investor Relations PT Eterindo Wahanatama Tbk Bambang Suyitno masih enggan membeberkan berapa besar volume biodiesel yang diraih perusahaan. "Perihal jumlah pastinya saya belum mendapat angkanya," kata Bambang kepada KONTAN. Berdasarkan riset KONTAN, pasokan biodiesel Pertamina dari PT Eterindo nantinya akan didistribusikan ke wilayah Tegal, Maos dan Cilacap. Eterindo hanya mengikuti tender biodiesel di satu kluster saja. Pasalnya, berdasarkan perhitungan, harga tender biodiesel dari Pertamina dirasa kurang menguntungkan. Meski begitu, perusahaan ini berkomitmen untuk menyukseskan program penggunaan biodiesel sebagai campuran bahan bakar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi