JAKARTA. Harga gas alam kembali memanas. Hal ini menyusul spekulasi penutupan sementara tambang gas alam di Amerika Serikat (AS) akibat badai yang menyerang teluk Meksiko. Selain itu kenaikan harga gas juga disebabkan melonjaknya permintaan akibat musim panas. Mengacu data Bloomberg, Selasa (16/6) pukul 14.30 WIB harga gas alam kontrak pengiriman bulan Juli 2015 naik 0,90% dibanding hari sebelumnya menjadi US$ 2,915 per mmbtu. Selama sepekan harga naik 2,42%. Ibrahim, Analis dan Direktur PT Ekuilibrium Komoditi Berjangka, mengatakan isu penutupan tambang gas alam akibat badai memang dapat mengangkat harga gas alam, namun kondisi ini hanya sesaat. Sebab, pasokan gas alam AS masih membludak. Ini terlihat dari data Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat (AS) minggu lalu yang menunjukkan pertambahan stok gas alam sebanyak 111 miliar kaki kubik. Penguatan harga gas alam semakin terkonfirmasi lantaran permintaan gas alam Amerika Serikat (AS) menurut data Energy Information Administration (EIA) di AS terus menunjukkan peningkatan akibat musim panas. Apalagi mengingat bahwa 49% rumah tangga di AS beserta gedung-gedung perkantoran menggunakan gas alam untuk keperluan pendingin ruangan. Selain itu gas alam juga mendapat sentimen positif akibat mulai dijalankannya program diversifikasi sumber tenaga pembangkit listrik dari batubara menjadi gas alam di sejumlah negara. “Hal ini karena harga gas alam masih cukup murah,” jelas Ibrahim. Ibrahim menduga tren penguatan gas alam selama sepekan kedepan akan terjaga. Ini lantaran suhu panas di AS di perkirakan akan berada diatas normal dari tanggal 15 – 24 Juni sehingga akan makin menyulut permintaan terhadap gas alam. Namun patut di waspadai harga gas alam juga berpeluang koreksi jika seandainya pada Kamis minggu ini Bank Sentral Amerika (The Fed) memberikan pernyataan soal kepastian kenaikan suku bunga. “Jika benar maka indeks dollar AS akan melambung dan harga komoditas termasuk gas alam akan tertekan,” imbuh Ibrahim. Meski begitu menurut Ibrahim The Fed bisa saja menahan diri untuk memberikan pernyataan perihal kepastian kenaika suku bunga jika pihak The Fed menggubris beberapa rilis pemangkasan pertumbuhan ekonomi global akhir-akhir ini yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, IMF (International Monetary Fund)dan OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). “Tanpa adanya kenaikan suku bunga bunga saja ekonomi global sudah berkontraksi, apalagi jika benar maka ekonomi global bisa makin terpuruk,” Imbuhnya. Secara teknikal harga belum mantap untuk naik. Ibrahim memaparkan Bollinger dan moving average berada 30% diatas Bollinger tengah, memberi sinyal kenaikan yang terbatas. Relative strength index (RSI) 60% negatif dan stochastic 60% positif. Sementara moving average convergence divergence (MACD) wait and see. Mengacu hal tersebut Ibrahim menduga harga gas alam Rabu (17/6) akan bergerak dalam kisaran US$ 2,912 – US$ 2,930 per mmbtu. Selama sepekan harga gas alam akan bergerak dalam kisaran US$ 2,920 – US 2,950 per mmbtu. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Musim panas di AS angkat harga gas alam
JAKARTA. Harga gas alam kembali memanas. Hal ini menyusul spekulasi penutupan sementara tambang gas alam di Amerika Serikat (AS) akibat badai yang menyerang teluk Meksiko. Selain itu kenaikan harga gas juga disebabkan melonjaknya permintaan akibat musim panas. Mengacu data Bloomberg, Selasa (16/6) pukul 14.30 WIB harga gas alam kontrak pengiriman bulan Juli 2015 naik 0,90% dibanding hari sebelumnya menjadi US$ 2,915 per mmbtu. Selama sepekan harga naik 2,42%. Ibrahim, Analis dan Direktur PT Ekuilibrium Komoditi Berjangka, mengatakan isu penutupan tambang gas alam akibat badai memang dapat mengangkat harga gas alam, namun kondisi ini hanya sesaat. Sebab, pasokan gas alam AS masih membludak. Ini terlihat dari data Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat (AS) minggu lalu yang menunjukkan pertambahan stok gas alam sebanyak 111 miliar kaki kubik. Penguatan harga gas alam semakin terkonfirmasi lantaran permintaan gas alam Amerika Serikat (AS) menurut data Energy Information Administration (EIA) di AS terus menunjukkan peningkatan akibat musim panas. Apalagi mengingat bahwa 49% rumah tangga di AS beserta gedung-gedung perkantoran menggunakan gas alam untuk keperluan pendingin ruangan. Selain itu gas alam juga mendapat sentimen positif akibat mulai dijalankannya program diversifikasi sumber tenaga pembangkit listrik dari batubara menjadi gas alam di sejumlah negara. “Hal ini karena harga gas alam masih cukup murah,” jelas Ibrahim. Ibrahim menduga tren penguatan gas alam selama sepekan kedepan akan terjaga. Ini lantaran suhu panas di AS di perkirakan akan berada diatas normal dari tanggal 15 – 24 Juni sehingga akan makin menyulut permintaan terhadap gas alam. Namun patut di waspadai harga gas alam juga berpeluang koreksi jika seandainya pada Kamis minggu ini Bank Sentral Amerika (The Fed) memberikan pernyataan soal kepastian kenaikan suku bunga. “Jika benar maka indeks dollar AS akan melambung dan harga komoditas termasuk gas alam akan tertekan,” imbuh Ibrahim. Meski begitu menurut Ibrahim The Fed bisa saja menahan diri untuk memberikan pernyataan perihal kepastian kenaika suku bunga jika pihak The Fed menggubris beberapa rilis pemangkasan pertumbuhan ekonomi global akhir-akhir ini yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, IMF (International Monetary Fund)dan OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). “Tanpa adanya kenaikan suku bunga bunga saja ekonomi global sudah berkontraksi, apalagi jika benar maka ekonomi global bisa makin terpuruk,” Imbuhnya. Secara teknikal harga belum mantap untuk naik. Ibrahim memaparkan Bollinger dan moving average berada 30% diatas Bollinger tengah, memberi sinyal kenaikan yang terbatas. Relative strength index (RSI) 60% negatif dan stochastic 60% positif. Sementara moving average convergence divergence (MACD) wait and see. Mengacu hal tersebut Ibrahim menduga harga gas alam Rabu (17/6) akan bergerak dalam kisaran US$ 2,912 – US$ 2,930 per mmbtu. Selama sepekan harga gas alam akan bergerak dalam kisaran US$ 2,920 – US 2,950 per mmbtu. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News