Musim tanam padi diprediksi bisa mulai bulan ini



JAKARTA. Pemerintah memperkirakan, musim tanam padi tahun ini akan kembali dilakukan pada November mendatang. Perkiraan ini tak lepas dari curah hujan yang mulai turun di sejumlah wilayah di Indonesia.

Contohnya, pada akhir Oktober lalu, curah hujan sudah mulai turun di wilayah di Kalimantan dan Sumatera. Sementara di Pulau Jawa, hujan juga telah mengguyur wilayah Bogor dan sekitarnya.

Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian optimistis, musim penghujan mulai tiba pada awal November. Bila intensitas hujan pada bulan ini tinggi, masa tanam tidak akan mundur ke Desember. Dengan begitu, masa panen padi dipastikan terjadi pada Maret 2016.


Amran menambahkan, pada Jumat (30/10) pekan lalu, hujan deras disertai badai sudah melanda wilayah Bogor. Intensitas hujan yang tinggi, membuat ‘kota hujan’ tergenang banjir. Itu sebabnya, Amran optimistis, pemerintah bisa menggenjot produksi padi di dalam negeri dengan mempercepat masa tanam

Kendati belum bisa disebut memasuki musim hujan,  Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah memprediksi curah hujan bakal mengguyur wilayah Indonesia mulai awal November.

Menurut proyeksi BNPB, hujan dengan intensitas tinggi akan jatuh di daerah-daerah yang selama ini dilanda musim kemarau panjang. Hal itu didasarkan pada keberadaan awan di wilayah Sumatra dan Kalimantan yang cukup banyak, sehingga hujan buatan dapat diintensifikan.

Bila semua proyeksi berjalan mulus, Amran mengklaim, pada tahun depan Indonesia sudah bisa mengekspor beras. Kendati begitu, Amran enggan menyebutkan target volume ekspor beras tahun depan.

Yang pasti, kata dia, saat ini pasokan beras dari daerah sudah mulai banyak. Dalam sebulan terakhir, ada 10 wilayah produksi padi yang melakukan panen. Antara lain, di Karawang dan Subang Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan.

Dengan adanya panen tersebut, lanjut Amran, pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang naik dua kali lipat pada pekan kedua bulan Oktober 2015. Jika biasanya pemasukan beras rata-rata hanya 2.500 ton hingga 3.000 ton, pada awal Oktober lalu ada pemasukan beras 5.000 ton. "Dengan pasokan sebesar itu, harga beras akhirnya turun sekitar Rp 500-Rp 700 per kilogram (kg)," klaim Amran.

Kendati begitu, Amran mengakui, tahun ini bakal ada impor beras. Pasokan beras impor itu hanya untuk mengamankan cadangan beras nasional. Dengan adanya beras impor, Amran berharap, pasokan dalam negeri aman. Jadi, harga beras tidak bergejolak.

Saat ini, cadangan beras Bulog memang terus menipis sekitar 1,55 juta ton dari sebelumnya 1,7 juta ton pada September. Sampai akhir tahun, Bulog menargetkan stok beras 1,1 juta ton. Mengecilnya stok Bulog tak lepas dari berkurangnya pasokan beras di pasaran. Saat ini Bulog hanya bisa menyerap rata-rata 7.000 ton beras per hari, dari sebelumnya 15.000 ton per hari pada bulan September.

Hasil Sembiring, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kemtan menargetkan, tahun depan Indonesia bisa mengekspor 100.000 ton beras. Ekspor tersebut terdiri dari beras ketan, beras organik dan beras biasa.

Saat ini, kata Hasil, Kemtan sedang mendorong penanaman padi di sejumlah wilayah yang tidak terdampak kekeringan. Sejauh ini ada 4,1 juta hektare (ha) tanaman padi yang sudah di tanam dan siap dipanen dua bulan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri