Mutiara laut komoditas premium, KKP aktif tingkatkan produktivitas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi produk laut mutiara menjadi salah satu komoditas premium yang sedang diunggulkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Tak heran jika KKP secara aktif berusaha meningkatkan kualitas dan produktivitasnya.

Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) Mulyanto, mutiara umumnya dihargai sebesar US$ 10 - US$ 15 per gram, tergantung pada kualitas dan ukuran mutiara. Pada umumnya, satu butir mutiara berkisar antara 2-4 gram. Adapun bila mutiara tersebut sudah diolah menjadi perhiasan, harganya bisa mencapai jutaan rupiah.

Sedangkan menurut Pengawas Yayasan Mutiara Laut Indonesia Nunik Anurningsih sekaligus designer untuk Aulia Jewellery, menyatakan mutiara laut memiliki nilai tambah yang menarik karena ibarat permata yang tidak ditambang.


Adapun untuk Nunik memiliki berbagai produk, di antaranya adalah seri gelang dengan satu butir mutiara yang dihargai dalam kisaran Rp 800.000 - Rp 1,8 juta tergantung pada ukuran, jenis dan ketebalan mutiara.

Menanggapi hal ini, Direktur Jenderal Perikanan dan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto menyatakan, pihaknya aktif berusaha meningkatkan produktivitas budi daya mutiara laut.

Dari sisi pasar, KKP dan pengusaha UKM kerap mengadakan pameran pesona laut. Sedangkan dari sisi pembudidaya, KKP telah melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan kualitas induk unggul.

"Kita berusaha membuat industri sendiri dari hatchery, ini sekaligus untuk mengurangi eksploitasi kerang mutiara di laut," kata Slamet, Rabu (5/7).

Menurutnya, masih sering terjadi upaya memanen kerang mutiara tanpa melakukan budidaya. Karena itu, KKP berupaya untuk terus mengembangkan titik budidaya mutiara laut. Diantaranya yang sudah berhasil adalah Balai Budidaya Laut Sekotong, di Nusa Tenggara Barat dan Balai Pembenihan Induk Udang Unggul dan Kekerangan Karangasem, Bali.

Tak hanya mengembangkan pusat budidaya, KKP juga mengadakan program kemitraan dengan masyarakat. Menurut Slamet terdapat setidaknya 30 kelompok mitra lokal yang masing-masing terdiri dari 10 orang.

Kemudian terdapat 4-6 perusahaan budidaya mutiara yang telah aktif berkolaborasi dengan masyarakat. "Nilai mutiara kita kalau dibandingkan dengan luar memang masih agak kalah," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto