KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdagangan karbon di Indonesia diperkirakan dapat mencapai sebesar Rp 8.400 triliun per tahun. PT Mutuagung Lestari Tbk (
MUTU) akan memanfaatkan pasar karbon untuk meningkatkan pendapatan. Presiden Direktur MUTU International Arifin Lambaga mengatakan, salah satu sektor unggulan yang menjadi kekuatan MUTU adalah sumber daya alam dan
green economy. "MUTU akan berfokus pada bursa karbon Indonesia yang baru akan diluncurkan September mendatang, sementara di sektor sumber daya alam, MUTU akan memperkuat nilai-nilai yang dimiliki seperti pengolahan seperti kelapa sawit, kayu, pangan dan lain-lain dengan memberikan sentuhan pengujian, inspeksi dan sertifikasi," kata Arifin dalam paparan publik IPO MUTU, Kamis (13/7).
Saat ini, PT Jasa Mutu Mineral Indonesia (Jammin), salah satu anak usaha yang 99% sahamnya dimiliki MUTU, merupakan satu dari sembilan lembaga TIC di bidang batubara dan nikel yang memiliki izin dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Perdagangan.
Baca Juga: Segera IPO, Mutuagung Lestari (MUTU) Tangkap Peluang Industri TIC Arifin mengatakan masih terdapat potensi besar pada anak usaha dari besarnya industri pertambangan batubara dan nikel Indonesia. Hingga 2022, Indonesia merupakan negara penghasil batubara nomor tiga sekaligus penghasil nikel nomor satu di dunia. Direktur Operasional MUTU Irham Budiman mengatakan, MUTU berpeluang besar memanfaatkan perkembangan pasar karbon karena potensinya sangat besar. Adapun nilai perdagangan karbon di masa yang akan datang diperkirakan mencapai Rp 8.400 triliun. Ke depannya, Irham mengatakan sektor tersebut yang akan terus dikembangkan oleh MUTU, termasuk mempersiapkan skema untuk masuk ke dalam ekosistemnya, karena saat ini tren
green economy tidak hanya sebatas gas rumah kaca (GRK), melainkan juga berkembang memasuki ekonomi sirkular seperti
water footprint, plastik dan lain-lain. “Kalau kita lihat saat ini mulai tren tentang verifikasi dan validasi gas rumah kaca, kemudian ada pajak karbon, dan yang terbaru yaitu bursa karbon yang baru akan diluncurkan di akhir kuartal ketiga tahun ini," kata Irham. Irham mengatakan sebelum tren tersebut masuk ke Indonesia, MUTU sudah terlebih dahulu masuk ke sektor tersebut sejak tahun 2015.
Baca Juga: Mutuagung Lestari (MUTU) Gelar IPO, Incar Dana Segar Rp 99 Miliar Selain itu, MUTU sudah memiliki pengalaman yang cukup panjang terkait dengan karbon, di mana hingga saat ini MUTU sudah banyak memfasilitasi skema yang memang dipersyaratkan oleh negara-negara di Eropa, dan sudah menerbitkan ratusan sertifikat dengan skema International Sustainable Carbon Certification (ISCC). Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan MUTU Sumarna menjelaskan, dari sisi kinerja keuangan, MUTU mencatatkan performa yang solid hingga akhir tahun 2022. Pendapatan MUTU naik 24,47% menjadi Rp 281,82 miliar di tahun 2022. Sementara laba tahun berjalan di tahun 2022 melonjak 90,38% menjadi Rp 36,78 miliar, dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 19,32 miliar.
Selain itu, penjualan per segmen produk yang dihasilkan MUTU juga bertumbuh. Sepanjang tahun 2022 dibandingkan 2021, penjualan dari segmen Pengujian meningkat 32,46%, segmen Inspeksi naik 15,96%, dan segmen Sertifikasi 3,10%. Sumarna optimistis dengan langkah-langkah strategis yang sudah ditetapkan MUTU dan akan melanjutkan pertumbuhan kinerja yang positif di tahun-tahun berikutnya. "Optimistis target
revenue tahun 2023 akan naik sekitar 30%, sejalan dengan adanya perluasan peluang dari sektor-sektor baru yang akan dikelola oleh ke depan, serta dukungan positif dari pemegang saham melalui proses penawaran perdana saham yang akan dilakukan,” pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati