MYRX, MINA, dan TARA kena suspensi, ini kata analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam satu pekan ini ada tiga perusahaan yang perdagangan sahamnya dihentikan sementara oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Tiga saham tersebut adalah PT Hanson International Tbk (MYRX), PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) dan PT Sitara Propertindo Tbk (TARA).

MINA dan TARA disuspen oleh BEI karena harga keduanya turun signifikan. Sementara MYRX disuspen karena ada keterangan dari manajemen bahwa mereka dalam kondisi gagal bayar atas pinjaman individual.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji melihat, memang saat ini harga saham MINA dan TARA dalam fase downtrend. Nafan melihat, kinerja TARA secara tahunan turun.


Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2019, Sitara Propertindo membukukan pendapatan sebesar Rp 15,14 miliar. Jumlah tersebut turun 36,84% secara tahunan (yoy) dari Rp 23,97 miliar. Ditengah penurunan pendapatan, Sitara melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah beban pokok penjualan dari Rp 8,26 miliar di kuartal III-2018 menjadi Rp 6,05 miliar di kuartal III-2019.

Perusahaan ini juga menekan biaya pemasaran hingga 99,9% dari Rp 124,51 juta di kuartal III-2018 hanya menjadi Rp 6,51 juta di kuartal III-2019. Alhasil laba sebelum beban pajak penghasilan masih Rp 660,73 miliar, padahal di kuartal III-2018 tercatat sebesar Rp 565,12 miliar.

Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tumbuh 98,9% yoy dari Rp 192,61 miliar menjadi Rp 383,29 miliar.

Baca Juga: Pekan ini BEI suspensi saham MYRX, MINA dan TARA

"Kalau MINA pergerakan harga saham mengalami tren penurunan signifikan padahal kinerja perusahaan secara tahunan masih positif. Berarti terjadi anomali," jelas Nafan.

Pendapatan MINA di kuartal III-2019 naik tipis secara tahunan dari Rp 8,43 miliar menjadi Rp 9,42 miliar. Hal serupa juga terjadi pada beban pokok pendapatan dari Rp 3,03 miliar menjadi Rp 3,2 miliar di kuartal III-2019. Selain itu, perusahaan juga memperoleh pendapatan dari usaha lainnya sebesar Rp 7,62 miliar, naik signifikan dari kondisi kuartal III-2018 yang hanya Rp 823,9 juta.

Karena adanya penambahan signifikan dari pendapatan usaha lainnya, perusahaan berhasil membukukan laba neto tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 3,36 miliar, dari posisi rugi sebesar Rp 2,58 miliar di kuartal III-2018.

Dus, Nafan tetap mengembalikan pilihan kepada para investor. "Semua kembali kepada keputusan para pelaku investor tergantung manajemen risiko yang mereka tetapkan," jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati