KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas diramal terus menguat di tengah ekspektasi suku bunga acuan Federal Reserve sudah mencapai puncaknya. Isu
government shutdown di Amerika Serikat (AS) juga berpotensi meningkatkan harga emas. Harga emas naik mendekati level US$ 2.000 per ons troi selama pekan lalu. Lonjakan harga terjadi setelah data ekonomi AS yang lemah memicu spekulasi bahwa Federal Reserve alias The Fed telah mengakhiri siklus kenaikan suku bunga. Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan, data inflasi AS yang lebih lemah telah memicu spekulasi akan adanya jeda dari The Fed. Hal itu sejalan pula dengan data ekonomi yang lemah dari Jepang dan Zona Euro, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan resesi global.
Puncak kenaikan harga emas terjadi pada Kamis (16/11) setelah data klaim pengangguran AS tumbuh lebih dari yang diharapkan. Data tersebut menunjukkan perlambatan di pasar tenaga kerja yang mendorong harga emas melonjak lebih dari 1%, dan secara bersamaan menurunkan pamor dolar AS dan
yield US Treasury.
Baca Juga: Harga Emas Spot Menguat karena Dolar AS Tergelincir pada Senin (20/11) Meskipun terjadi jeda dalam siklus kenaikan suku bunga, para investor tetap waspada karena beberapa pejabat Fed akan berbicara dan notulen rapat bulan Oktober akan dirilis minggu depan. Isyarat Bank sentral AS mempertahankan suku bunga lebih lama juga menjadi sinyal buruk bagi emas karena suku bunga yang lebih tinggi dapat mengurangi daya tarik emas sebagai investasi. Selain emas, tembaga juga mencatat kinerja minggu terbaiknya dalam lebih dari empat bulan. Harga tembaga diperdagangkan secara
sideways pada hari Jumat tetapi akan mencatatkan kenaikan lebih dari 3% sepekan. Langkah-langkah stimulus dari Beijing dan data positif ekonomi China menjadi pendorong utama bagi kinerja positif tembaga. Data yang dirilis menunjukkan tanda-tanda ketahanan dalam ekonomi China, terutama dalam produksi industri. People's Bank of China juga menyuntikkan likuiditas sebesar 600 miliar yuan untuk merangsang pinjaman, sehingga memberikan optimisme atas permintaan tembaga di negara importir utama yaitu China.
Baca Juga: Sambut Window Dressing, Harga Emas Berpeluang Melambung Fokus pasar saat ini tertuju pada keputusan
loan prime rate PBOC pada hari Senin, di mana bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada rekor terendahnya untuk mendorong pemulihan ekonomi. Fischer memprediksi, kecenderungan penguatan emas akan berlanjut.
Government shutdown AS menjadi faktor utama dalam ketidakpastian terhadap dolar AS, dan dampaknya cenderung membuat emas menjadi pilihan investasi yang lebih aman. “Meskipun terdapat ketidakpastian terkait
government shutdown AS, pengaruh penguatan emas diperkirakan akan tetap berfokus karena ketidakpercayaan terhadap dolar AS dan potensi dampak gagal bayar yang menggantung pada nilai dolar AS,” ujar Fischer dalam riset harian, Senin (2011/).
Baca Juga: Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 20 November 2023, Cek Daftarnya di Sini Fischer melihat bahwa emas secara tren masih dianggap sebagai aset
safe haven, dengan investor lebih memilihnya dibandingkan dengan USD. Pelemahan terhadap Indeks dolar AS (DXY) diperkirakan cenderung akan berkepanjangan, yang pada akhirnya menambahkan dukungan terhadap penguatan emas dalam jangka panjang. “Pasar emas saat ini menunjukkan kinerja yang positif karena didukung oleh faktor-faktor ekonomi global dan ketidakpastian yang berlanjut, membuatnya tetap menjadi magnet bagi investor yang mencari perlindungan dan stabilitas dalam portofolio mereka,” pungkas dia. Senin (20/11) pukul 16.30 WIB, emas berada di posisi harga US$1,978 per ons troi, atau melemah tipis 0,04% secara harian. Emas stabil bergerak di kisaran US$1,980 per ons troi, setelah naik lebih dari 2% pada pekan lal,u Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati