Naik 24% di semester I-2020, investasi manufaktur semakin mengucur



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sektor industri masih merealisasikan investasinya di tanah air meskipun di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19. Kabar baiknya, sepanjang semester I tahun 2020, jumlah investasi sektor industri mengalami peningkatan hingga Rp 129,6 triliun atau naik 23,9 persen dibanding capaian pada periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 104,6 triliun.

“Pemerintah bertekad untuk terus mewujudkan iklim berusaha yang kondusif melalui kebijakan strategis, yang bisa menjadi daya tarik bagi para investor asing maupun domestik supaya mereka semakin percaya diri menanamkan modalnya di Indonesia," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya, Selasa (28/7).

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sektor industri memberikan kontribusi signifikan terhadap perolehan devisa pada periode Januari-Juni 2020, dengan menyumbang 32,2 persen dari total nilai investasi yang tercatat menyentuh angka Rp 402,6 triliun.

Baca Juga: Faisal Basri: Resesi hampir pasti, kunci pemulihan ekonomi adalah kendalikan pandemi

Adapun lima sektor yang menanamkan modalnya paling besar selama enam bulan pertama tahun ini. Pertama, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dengan menggelontorkan dananya senilai Rp 45,2 triliun, disusul industri makanan Rp 26,6 triliun, serta industri kimia dan farmasi Rp 19,5 triliun.

Selanjutnya, industri mineral non-logam merealisasikan investasinya sebesar Rp 6,1 triliun, disusul industri kendaraan bermotor dan alat transportasi sekitar Rp 6 triliun. Realisasi modal dari sektor industri ini sekaligus menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi negara tujuan utama untuk dijadikan basis produksi para investor dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

Menperin menegaskan, pihaknya selama ini proaktif menggaet investor sektor industri yang potensial untuk menanamkan modalnya di Indonesia, termasuk bagi yang ingin merelokasi pabriknya. Sektor-sektor yang menjadi incaran, antara lain industri padat karya, substitusi impor, dan berteknologi tinggi.

Kami mendorong investasi ini untuk memproduksi barang-barang pengganti-impor serta meningkatkan penggunaan bahan baku yang diproduksi secara lokal dan barang setengah jadi, tuturnya. Oleh karena itu, dibutuhkan penciptaan iklim investasi yang kondusif, di antaranya dengan memfasiltasi kemudahan izin usaha serta pemberian insentif fiskal dan nonfiskal.

Menurut Agus, di tengah dampak pandemi Covid-19, ada pelajaran berharga yang didapat, misalnya mengetahui seberapa dalam struktur manufaktur di dalam negeri. "Hal ini terlihat karena kita masih butuh beberapa bahan baku atau barang modal dari negara lain, baik itu hasil sektor hulu maupun intermediate. Jadi, apabila negara asal tersebut sedang terguncang, kita juga ikut terpengaruh," ujarnya.

Baca Juga: Chatib Basri ingatkan pemerintah tak perlu buru-buru pangkas defisi, ini alasannya

Editor: Handoyo .