KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Pefindo i-Grade mencatatkan kenaikan tertinggi dibanding indeks lainnya pada 2019. Indeks yang memiliki 30 konstituen ini melesat 12,11% sepanjang tahun lalu.
Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menjelaskan, pendorong kenaikan indeks tersebut berasal dari saham-saham sektor perbankan. Terlebih lagi, yang menjadi anggotanya adalah saham-saham Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV. Sebut saja PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) yang naik 28,68%, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) tumbuh 20,22%, dan PT Bank Permata Tbk (BNLI) naik 104,03%. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga mengatakan, melesatnya pertumbuhan Pefindo i-Grade disebabkan oleh adanya saham perbankan yang mendominasi anggota indeks ini. "Bobot perbankan sangat besar di bursa saham. Apalagi BBCA sempat mencetak rekor harga," ucap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (5/1).
Pada perdagangan awal 2020 hingga Jumat (3/1), indeks Pefindo i-Grade melanjutkan kenaikannya, yakni sebesar 0,39%
year to date (ytd) ke level 180,79.
Baca Juga: Credit Default Swap Menyentuh Rekor Terendah, Yield SUN 10 Tahun Tak Mau Turun Memang, menurut Wisnu, indeks ini masih akan tumbuh positif tahun ini. Pendorongnya utamanya juga berasal dari saham-saham perbankan. Alasannya, dampak tren penurunan suku bunga acuan yang terjadi pada tahun 2019 mulai terasa pada tahun ini. Ditambah lagi, ia memprediksi Bank Indonesia masih berpeluang untuk menurunkan suku bunga acuan pada 2020. "Dengan kondisi ini, pelaku usaha mulai cari pendanaan dari bank sehingga kredit bank akan semakin tumbuh. Terlebih lagi, pada 2020 ada omnibus law yang dapat memudahkan pelaku industri," ungkap dia kepada Kontan.co.id di Jakarta, Jumat (3/1). Selain saham-saham perbankan, penyokong kenaikan indeks ini ke depannya juga berasal dari saham-saham sektor barang konsumsi (
consumer goods), seperti PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Indofood Tbk. Maklum saja, sektor barang konsumsi tergolong defensif terhadap kondisi ekonomi.
Baca Juga: Pefindo prediksi penerbitan surat utang korporasi 2020 lebih tinggi, ini penyebabnya Untuk sektor tersebut, ia lebih menyarakan investor untuk memperhatikan saham MYOR. Pasalnya, MYOR memiliki kinerja yang baik dengan penjualan ekspor dan domestik yang hampir berimbang. "MYOR juga rajin bagi dividen dan harga sahamnya masih murah. Belum lama ini, MYOR juga baru beli mesin baru untuk peremajaan dan efisiensi," kata Wisnu. Di samping itu, ia juga memprediksi, saham-saham konstruksi akan menjadi pendorong kenaikan PEFINDO i-Grade. Sebut saja PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT PP (PTPP), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Menurut dia, pertumbuhan saham-saham tersebut didorong oleh adanya rencana jangka menengah pemindahan Ibukota Indonesia. "Itu bisa jadi katalis pendapatan untuk mereka. Di samping itu, saat ini, banyak proyek turnkey yang sudah selesai. Jadi, akan banyak arus kas yang masuk," ucap dia. Terlebih lagi, valuasi saham-saham sektor ini masih tergolong murah. Herditya menambahkan, dari segi teknikal, sektor konstruksi memang menunjukkan pertumbuhan positif sejak awal Desember 2019. Dalam satu bulan ke belakang misalnya, saham PTPP telah naik 26,67% ke Rp 1.710 per saham dan ADHI naik 12,56% ke Rp 1.210. Ia memprediksi, kenaikan harga ini akan berlanjut pada tahun ini. Pada awal 2020 ini, ada tiga saham yang keluar dari indeks Pefindo i-Grade. Mereka adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR). Sebagai gantinya, PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) masuk menjadi anggota baru.
Wisnu melihat, ketiga saham ini memiliki prospek yang posifif. Saham KAEF akan mendapat sentimen kenaikan dari kebijakan pemerintah yang berencana menaikkan iuran BJS dan membuat program peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk saham BRPT, harganya akan terus naik seiring dengan investasi perusahaan untuk mengembangkan bisnis petrokimia dalam negari demi mengurangi ketergantungan impor. Meski begitu, ia melihat kenaikannya tidak akan setinggi tahun lalu, sebab harga saham BPRT sudah naik 226,84% pada 2019. Kenaikan harga yang tidak terlalu signfikan juga diprediksi akan terjadi pada saham BNII. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi