Naik Tipis, Harga Minyak Masih Bergerak di Kisaran Terendah Akibat Prediksi OPEC



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak rebound tipis setelah kemarin anjlok lebih dari 4% dalam sehari. Tetapi, harga minyak masih bergerak di kisaran level terendah dalam tiga tahun terakhir.

Rabu (11/9), harga minyak WTI kontrak Oktober 2024 di New York Mercantile Exchange menguat 0,79% ke US$ 66,27 per barel. Kemarin, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini merosot 4,31% ke US$ 65,75 per barel. Ini adalah harga minyak terendah dalam tiga tahun terakhir atau sejak awal Desember 2021.

Sedangkan harga minyak Brent pagi ini menguat 0,61% ke US$ 69,61 per barel. Kemarin, harga minyak acuan internasional ini anjlok 3,69% ke US$ 69,19 per barel yang juga merupakan level terendah sejak awal Desember 2021.


Harga minyak tertekan setelah OPEC+ merevisi turun perkiraan permintaannya untuk tahun ini dan 2025. Pemangkasan prediksi permintaan ini mengimbangi kekhawatiran pasokan dari Badai Tropis Francine di AS.

Baca Juga: Harga Minyak Bumi Turun ke Level Terendah 3 Tahun Terakhir

Pada hari Selasa, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam laporan bulanannya mengatakan, permintaan minyak dunia akan naik sebesar 2,03 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024, turun dari perkiraan bulan lalu untuk pertumbuhan sebesar 2,11 juta bph. Sampai bulan lalu, OPEC tidak mengubah perkiraan tersebut sejak pertama kali dibuat pada bulan Juli 2023.

OPEC juga memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan global tahun 2025 menjadi 1,74 juta bph dari 1,78 juta bph. Harga merosot karena melemahnya prospek permintaan global dan ekspektasi kelebihan pasokan minyak.

Secara terpisah, Badan Informasi Energi AS atau Energy Information Administration (EIA) pada hari Selasa mengatakan, permintaan minyak global akan tumbuh ke rekor yang lebih besar tahun ini. Sementara pertumbuhan produksi akan lebih kecil dari perkiraan sebelumnya.

EIA meramalkan permintaan minyak global mencapai rata-rata sekitar 103,1 juta barel per hari tahun ini, sekitar 200.000 barel per hari lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 102,9 juta barel per hari.

Baca Juga: Harga Turun, Bandingkan Harga BBM Pertamina, Shell, BP dan Vivo Rabu (11/9)

Harga minyak tetap tertekan setelah rilis perkiraan EIA, karena kekhawatiran tentang China terus membebani harga. Data yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan ekspor Tiongkok tumbuh pada bulan Agustus pada kecepatan tercepat dalam hampir 1,5 tahun. Tetapi impor mengecewakan dengan permintaan domestik yang tertekan.

Sementara itu, margin penyulingan Asia turun ke level musiman terendah sejak 2020 minggu lalu karena meningkatnya pasokan solar dan bensin.

"Hampir tidak ada pertumbuhan permintaan minyak di negara-negara maju tahun ini. Stimulus fiskal di China  belum mendorong sektor konstruksi; itulah salah satu alasan utama permintaan Tiongkok terhadap solar menyusut," kata Clay Seigle, seorang ahli strategi pasar minyak.

Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group mengatakan bahwa investor semakin memperkirakan ekonomi global yang melambat.

Saham energi mengalami penurunan terbesar di antara sektor S&P 500 pada hari Selasa. Hess, Chevron, Occidental Petroleum, Halliburton, SLB, Ovintiv, Devon Energy, semuanya mencatat level terendah intraday 52 minggu pada hari Selasa.

Baca Juga: Banyak Sentimen Negatif, Harga Minyak Terpeleset

BADAI MENGHANCURKAN PRODUKSI AS

Sementara itu, Badai Tropis Francine menerjang Teluk Meksiko yang menyebabkan operator menutup sekitar seperempat produksi minyak mentah lepas pantai, kata Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan AS pada hari Selasa.

Teluk Meksiko AS menyumbang sekitar 15% dari seluruh produksi minyak domestik dan 2% dari produksi gas alam, menurut data federal. Exxon Mobil, Shell, dan Chevron telah memindahkan staf lepas pantai dan menghentikan beberapa operasi minyak dan gas Teluk Meksiko.

Sejauh ini, penghentian produksi gagal mengimbangi sentimen permintaan yang lemah dan mendukung harga, kata para analis.

Sementara itu, persediaan minyak mentah dan bensin AS turun di saat minyak sulingan naik minggu lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka-angka American Petroleum Institute (API) pada hari Selasa.

Angka-angka API menunjukkan stok minyak mentah turun sebesar 2,793 juta barel dalam minggu yang berakhir pada tanggal 6 September. Persediaan bensin turun sebesar 513.000 barel, dan minyak sulingan naik sebesar 191.000 barel.

Investor menunggu data stok minyak mingguan dari EIA, yang diterbitkan pada pukul 21.30 WIB pada hari Rabu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati