Naikkan Credit Rating, Probowo Ingin Biaya Utang Bisa Lebih Murah



KONTAN.CO.ID-JAKARTA Presiden terpilih Prabowo Subianto berkomitmen untuk meningkatkan peringkat kredit (credit ratings) dalam lima tahun ke depan pemerintahannya.

Pasalnya, meski peringkat kredit Indonesia dalam kondisi yang baik, namun masih kalah jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam.

Orang terdekat Prabowo sekaligus Editor Buku Strategi Transformasi Bangsa, Dirgayuza Setiawan mengatakan, peningkatan kredit utang Indonesia dibutuhkan agar biaya utang bisa lebih murah.


"Ini PR kita lima tahun kedepan bagaimana meningkatkan kredit rating kita supaya kalau pun minjam kita bisa minjam dengan bunga yang lebih murah," ujar Dirgayuza dalam Seminar Indef di Jakarta, Senin (29/7).

Baca Juga: Anggaran 2025 Turun 25,45%, Bapanas Duga Karena Program Makan Bergizi

Untuk diketahui, peringkat kredit negara atau sovereign credit rating merupakan kemampuan pemerintah dalam membayar utang. Ini merupakan hasil asesmen lembaga pemeringkat kredit seperti S&P, Fitch, Moody's, R&I dan JCR.

Belum lama ini, lembaga pemeringkat Fitch dan Moody's mempertahankan peringkat kredit Indonesia masing-masing pada posisi BBB dan Baa2 dengan outlook stabil.

Kemudian pada Maret lalu, Japan Credit Rating Agency (JCR) juga mempertahankan kredit Indonesia pada level BBB+ dengan outlook stabil. Begitu juga dengan S&P yang mempertahankan peringkat kredit Indonesia di level BBB dengan outlook stabil.

Dalam paparannya, peringkat kredit Indonesia berdasarkan penilaian S&P masih di bawah negara tetangga, seperti Malaysia yang berada di level A, Thailand di lebel A-, dan Filipina di level BBB+.

"Ketika APBN tidak cukup maka kita harus pinjam, jadinya credit rating kita sangat penting. Saat ini kita sudah kembali ke BBB tapi kita masih dibawah tetangga kita Thailand, Filipina dan Malaysia," katanya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap Indonesia dapat segera mencapai peringkat kredit menjadi single A. Namun, untuk menuju peringkat tersebut maka rasio pajak alias tax ratio Indonesia harus diperbaiki,

"Salah satu untuk menjadi single A adalah kalau kita bisa memperbaiki tax ratio dan itu harus usaha keras, dan pendalaman market kita," ujar Sri Mulyani belum lama ini.

Meski Indonesia belum mencapai single A, Sri Mulyani menyebut, pencapaian peringkat kredit Indonesia saat ini masih relatif positif dan stabil meskipun ekonomi domestik sempat terhantam pandemi Covid-19, harga komoditas naik dan turun, hingga kebutuhan belanja untuk membangun infrastruktur yang meningkat.

Menurutnya, capaian tersebut juga merupakan suatu prestasi. Pasalnya, negara-negara lain ada yang mengalami penurunan peringkat kredit tidak saja terjadi pada negara-negara berkembang namun juga negara yang dianggap triple A, double A, atau single A.

"Indonesia dengan triple B stable ini merupakan suatu capaian yang baik," katanya.

Baca Juga: Golden Visa Belum Tentu Tarik Investasi ke Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati