KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Naiknya sejumlah harga komoditas di tahun ini memberikan katalis positif bagi emiten alat berat. Terbukti, sejumlah perusahaan merasakan peningkatan permintaan alat berat dibandingkan tahun lalu. Direktur PT Intraco Penta Tbk (
INTA), Eddy Rodianto mengatakan, dampak dari peningkatan harga komoditas terhadap penjualan alat berat INTA hingga saat ini menunjukkan tren positif. Adapun jumlah unit yang dijual cukup meningkat terutama untuk merek LiuGong. "Hingga kuartal II-2021, penjualan alat berat INTA yaitu sebesar Rp 126,3 Miliar," jelasnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (18/9). Sejalan dengan peningkatan harga komoditas dan program hilirisasi dari pemerintah, lanjut Eddy, menjadi peluang yang baik bagi INTA untuk memasuki pasar baru di luar sektor tambang batubara, seperti tambang emas, nikel, bauksit, dan lainnya. Selain itu, INTA juga turut mendukung para
customer yang ikut dalam proyek strategis nasional.
"Untuk target kinerja tahun ini, Intraco Penta masih optimistis dengan target pertumbuhan sekitar 10% hingga 15% yoy seiring dengan proses pemulihan ekonomi dan program vaksinasi yang terus berjalan," ujarnya. Eddy berharap, lewat pemulihan ekonomi, pasar alat berat bisa kembali membaik.
Baca Juga: United Tractors (UNTR) hanya fokus akuisisi tambang mineral Sama dengan Intraco Penta, perusahaan alat berat lainnya PT United Tractors Tbk (
UNTR) mengalami peningkatan permintaan alat berat di sektor tambang. Sekretaris Perusahaan UNTR, Sara K Loebis mengatakan permintaan alat berat mengalami peningkatan, khususnya di sektor tambang dan konstruksi. "Volume penjualan alat berat periode Januari-Juli 2021 mencapai 1.564 unit, naik dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 938 unit atau naik 66,73% yoy," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (17/9).
Di tahun ini, Sara bilang, porsi penjualan alat berat di sektor tambang akan naik menjadi 47% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 36% dari total penjualan. UNTR merevisi target penjualan alat berat Komatsu menjadi lebih besar. Semula targetnya 2.500-2.600 unit menjadi sekitar 3.000 unit di sepanjang tahun ini. Melansir laporan keuangan UNTR di semester I 2021, pendapatan bersih konsolidasian sebesar Rp 37,3 triliun, naik sebesar 12% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 33,19 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .